Kematian Duryudana Tanda Berakhirnya Bharatayuda
Setelah kematian Raja Anga Karna, Duryudana menjadi sangat
terpukul dan kecewa. Motivasi perang dalam hatinya perlahan mulai pudar, namun
kebencian dalam hatinya terhadap para putra Pandu tidak akan hilang. Pada hari
berikutnya, maka dengan usul Aswatama, Duryudana mengangkat Prabu Salya sebagai
Panglima Perangnya. Perang besarpun kembali berkobar seperti hari sebelumnya,
bagaikan peperangan kekuatan dari dewa-dewa di langit, masing-masing pasukan
saling menggempur pertahanan lawan. Dan pada akhirnya, Prabu Salya dapat
dibinasakan oleh Yudistira, sehingga tentara Hastina kini telah kehilangan
panglima perangnya. Mengetahui hal itu, Duryudana dengan ketakutan melarikan
diri kedalam hutan dan menghilang. Pasukan Kurawa kini tanpa pemimpin, bagaikan
anak ayam kehilangan induknya dan memutuskan untuk mengundurkan diri ke
perkemahannya. Berhari-hari tidak tampak kegiatan dari pihak Hastina untuk
melanjutkan pertempuran, selama Pihak Pendawa selalu siap sedia dengan
tentaranya, dengan Bima memimpin tentara penggempur, Arjuna di sebelah kanan
dan Nakula Sadewa di sisi kiri.
Setelah
lewat seminggu, banyak raja dan adipati pendukung Hastina telah pulang kembali
ke tempat asal mereka sementara beberapa tentara telah menyerah kepada Pendawa.
Melalui tentara yang menyerah diketahui bahwa Duryudana telah menghilang
kedalam hutan selama seminggu. Sri Kresna mengerti bahwa inilah saatnya untuk
mengakhiri Bharatayuda. Bersama Pendawa, Sri Kresna datang ke perkemahan
Hastina. Terlihat tentara-tentara Hastina sudah tidak ada niat untuk perang dan
patah semangat. Dengan mudahnya Sri Kresna menemukan Duryudana yang sedang
berendam di dalam sebuah danau di hutan. Ketika disapa, Duryudana terlihat
seperti orang linglung. Ketika ditanya apa yang sedang dilakukannya, Duryudana
menjawab, “Aku sedang merenungkan saudara-saudaraku dan Paman Sakuni yang telah gugur”.
Sri Kresna kemudian
bertanya apa yang akan dilakukan oleh Duryudana, “Aku akan menyerahkan tahta
Hastina kepada Yudistira dan akan membuang diriku ke dalam rimba seperti yang
dilakukan oleh para Pendawa”. Yudistira yang adil dan bijaksana kemudian berkata
bahwa dirinya tidak ingin Hastina, yang diminta hanyalah Indrapasta. Duryudana
dipersilahkan memilih salah satu diantara kelima Pendawa sebagai lawan
tandingnya, jika Duryudana menang maka dirinya tetap berkuasa di Hastina
sementara Pendawa akan menetap di Indrapasta. Setelah berkata itu, Pendawa dan
Sri Kresna meninggalakan Duryudana. Duryudana kemudian mulai berpikir siapa
yang akan dipilih sebagai lawannya, Yudistira … … orangnya sabar dan mempunyai
ilmu yang aneh, bisa-bisa dirinya berakhir seperti Prabu Salya. Bima … … memang Duryudana dendam kepada Bima dan walau
kekuatan mereka hampir seimbang, Bima mempunyai ajian-ajian kekuatan yang
berbahaya. Arjuna … … tidak mungkin
karena orangnya sangat sakti dan mempunyai banyak senjata pusaka, dalam sekejap
dirinya bisa habis. Nakula … Sadewa … … keduanya amat lincah dan pintar
menggunakan pedang dan panah, dirinya bisa diiris-iris atau dijadikan sate
dengan panah.
Keesokan harinya para
Pendawa telah siap di Kuruserta, lengkap dengan senjatanya kecuali Yudistira
yang tidak bersenjata tapi tampak tenang-tenang saja. Kemudian tampak Duryudana
dengan gagahnya datang bersenjatakan sebuah gada. Sebagai wasit ialah Prabu
Baladewa, orangnya jujur dan menjunjung tinggi keadilan sementara pendiriannya
tidak memihak Kurawa maupun Pendawa walau dirinya masih bersaudara dengan
Pendawa. Baladewa kemudian bertanya siapakah yang ditantang oleh Duryudana,
jawaban Duryudana “Aku memilih Bima yang telah paling banyak membantai saudara-saudara
Kurawa, menghirup darah Durasana dan merobek mulut paman Sangkuni!” Bima yang
juga mengharapkan dirinya mendapat kesempatan untuk melawan Duryudana segera
maju kedepan membawa gadanya yang sebesar kepala.
Baladewa memberi ketentuan bahwa pertarungan ini adalah antara
dua ksatria dan tidak boleh ada pihak ketiga. Ketika mulai, tampak pertarungan
berlangsung dengan seimbang, Duryudana yang biasanya pengecut kali ini
bertarung mati-matian karena menaruh harap untuk menjadi raja di Hastina. Lama
kelamaan terlihat bahwa Bima lebih unggul, mahkota Duryudana telah hancur
terhantam oleh gada bima kemudian tubuh Duryudana terkena pukulan langsung
sehingga terpental. Semua orang mengira Duryudana telah kalah tapi anehnya,
Duryudana bangun kembali seperti tidak kesakitan oleh pukulan Bima. Hal ini
terjadi berkali-kali sehingga akhirnya Bimapun mulai lelah karena pertarungan
yang berkepanjangan. Suatu ketika Bima agak lengah sehingga mahkutanyapun
hancur dihantam oleh gada Duryudana. Arjuna yang cemas akan keselamatan
saudaranya mendekati Sri Kresna dan bertanya kenapa Duryudana tak jatuh-jatuh.
Oleh Sri Kresna
dijelaskan bahwa ketika bayi Duryudana dimandikan oleh air suci, sehingga kini
badannya keras bagaikan besi jika dipukul akan sakit tapi segera sembuh
kembali. Arjuna menjadi cemas dan menanyakan bagaimana cara mengalahkannya. Sri
Kresna menjawab, “Ketika dimandikan, paha kirinya tertutup oleh sehelai daun,
itulah kelemahannya. Sekarang adik Arjuna dekati Bima sambil pura-pura menonton
dan tepuk paha kiri untuk memberi tanda pada adik Bima”. Arjuna segera
melaksanakan perintah Sri Kresna, dan mendekati pertarungan sambil menepuk paha
kirinya.
Bima yang otaknya encer
segera mengerti maksud Arjuna segera mengeluarkan aji Bayubraja dan dihantamkan
sekuat tenaga ke paha kiri Duryudana. Pukulan Bima kena tepat pada paha kiri
Duryudana dan Duryudana segera terjatuh sambil berteriak kesakitan. Bima
kemudian menghentikan serangannya karena Duryudana sudah tidak berdaya.
Duryudana tapi berteriak minta dihabisi karena dirinya sudah tak berdaya, namun
sebagai ksatria Bima pantang menyerang orang yang tidak berdaya.
Sri Kresna kemudian menjelaskan bahwa Bima harus mengakhiri
nyawa Duryudana karena dalam keadaan seperti itu Duryudana akan menjadi cacat
dan selamanya tidak berguna lagi. Sebagai sesama ksatria Bima harus menghormati
lawannya dan mengakhiri hidup Duryudana. Bima kemudian mendekati Duryudana dan
mengayunkan gadanya ke kepala Duryudana. Baladewa kemudian menghentikan
pertarungan dan menyatakan kemenangan Bima. Dengan begitu berakhirlah perang
Bharatayuda dengan kemenangan bagi pihak Pendawa.
No comments:
Post a Comment