Kisah Mahabharata
Kisah Mahabharata diawali dengan pertemuan
antara Raja Sentanu dan Dewi Gangga yang cantik jelita. Sentanu ingin menikahi
Dewi Gangga, namun Dewi Gangga mengajukan syarat, adalah tidak akan menghalangi
apapun yang Dewi Gangga lakukan. Sentanu menyanggupi. Dari pernikahan mereka,
Dewi Gangga melahirkan banyak anak, namun setiap anak yang lahir
ditenggelamkannya di sungai Gangga. Sentanu tak kuasa berbuat apa-apa karena
sumpahnya. Namun ketika Dewi Gangga akan menenggelamkan anaknya yang ke-8, Sentanu tak bisa lagi menahan amarah.
Karena Sentanu melanggar janji, Dewi Gangga pun pergi membawa sang anak. Kelak
anak tersebut dikembalikan kepada Sentanu. Anak itu bernama Dewabrata.
Bertahun2 kemudian, Raja Sentanu bertemu dengan seorang wanita. Terpesona oleh kecantikan dan keharumannya, Sentanu meminang wanita bernama Setyawati tersebut. Sang ayah mengajukan syarat: jika Setyawati melahirkan anak laki2, maka anak itu harus menjadi putra mahkota. Sentanu tidak bisa menerima syarat itu karena dia begitu menyayangi Dewabrata. Singkat cerita, Dewabrata berhasil mengetahui penyebab kesedihan sang ayah. Dewabrata pun mendatangi ayah Setyawati. Dewabrata bersumpah, jika Setyawati melahirkan anak laki2 maka anak itu akan dinobatkan jadi raja. Namun ayah Setyawati masih khawatir kelak keturunan Dewabrata akan menggulingkan tahta cucunya. Akhirnya Dewabrata bersumpah tidak akan menikah seumur hidupnya. Ketika Dewabrata mengucapkan sumpah itu, para dewa menaburkan bunga dan terdengar suara mengelu2kan: "Bhisma... Bhisma...". Sejak itu, Dewabrata dikenal dengan nama Bhisma.
Dari pernikahannya dengan Setyawati, Sentanu memiliki 2 orang putra: Chitrangada dan Wicitrawirya. Ketika Chitrangada tewas dalam peperangan, adiknya dinobatkan menjadi pengganti karena Chitrangada tidak memiliki anak. Ketika Raja Kasi mengadakan sayembara untuk mencari suami bagi putri-putrinya, Bhisma datang untuk mencarikan istri bagi Wicitrawirya yang telah dewasa. Bhisma berhasil mengalahkan lawan-lawannya dan memboyong Amba, Ambali dan Ambalika. Amba sebenarnya kekasih Raja Salwa, namun karena Salwa kalah dari Bhisma, maka Amba harus mengikuti Bhisma. Wicitrawirya akhirnya menikahi Ambali dan Ambalika. Dari Ambali, Wicitrawirya memiliki anak bernama Destarata, sedangkan dari Ambalika, Pandu. Amba tidak menikah dan mendendam pada Bhisma. Setelah melakukan tapa brata, Amba menceburkan diri ke dalam api dan terlahir kembali menjadi Srikandi, yang kelak membunuh Bhisma.
Destarata menikah dengan Dewi Gandari dan menurunkan para Kurawa, sementara Pandu menikah dengan Dewi Kunti dan Dewi Madri, menurunkan para Pandawa. Buku ini menceritakan Kunti dalam bab tersendiri. Sura, kakek Krishna, memiliki seorang putri bernama Pritha. Karena sepupu Sura, Kuntibhoja, tidak memiliki anak, maka Pritha diangkat anak. Sejak itu Pritha dikenal sebagai Dewi Kunti. Suatu ketika datang seorang Rsi bernama Rsi Durwasa dan tinggal cukup lama di kediaman Kuntibhoja. Karena kebaikan Kunti, sang Rsi memberikan mantra untuk memanggil dewa dan memiliki keturunan dengan Dewa tersebut. Kunti yang masih gadis mencoba mantra itu dan Batara Surya pun muncul dihadapannya. Lalu Kunti hamil. Ketika lahir, sang bayi dihanyuntukan di sungai dan ditemukan oleh sais kereta. Anak tersebut adalah Karna.
Pandu yang menikah dengan Dewi Kunti dan Dewi Madri, suatu ketika berburu ke hutan dan memanah seekor rusa jantan. Si rusa ternyata jelmaan seorang Rsi yang sedang bercengkrama dengan istrinya. Dalam keadaan sekarat sang Rsi mengutuk: Pandu akan menemui ajalnya saat olah asmara dengan istrinya. Pandu lalu mengasingkan diri di hutan bersama kedua istrinya. Kunti menceritakan tentang mantra pemberian Rsi Durwasa. Pandu pun meminta kedua istrinya untuk menggunakan mantra itu agar memiliki keturunan. Maka lahirlah Yudhistira, Bima dan Arjuna dari Dewi Kunti, Nakula dan Sadewa dari Dewi Madri. Hingga pada suatu ketika Pandu menemui ajalnya karena bermesraan dengan Dewi Madri. Karena merasa berdosa, Dewi Madri terjun ke dalam api yang membakar suaminya. Para pertapa lalu membawa Kunti dan Pandawa kembali ke Hastinapura.
Pandawa dan Kurawa tumbuh bersama di Hastinapura. Melihat keperkasaan Bima, ketangkasan Arjuna dan seruan penduduk yang mengatakan Yudhistira layak menjadi raja, api kedengkian membakar Doryudhana. Bersama Karna dan Sakhuni, ia merencanakan untuk membunuh Pandawa. Doryudhana berhasil membujuk ayahnya untuk mengirim Pandawa ke Waranawata. Disana Pandawa dan Dewi Kunti di istana yang telah dibangun atas perintah Doryudhana dari bahan-bahan yang mudah terbakar. Namun penasihat istana, Widura, mengetahui rencana jahat Doryudhana dan memperingatkan Yudhistira. Widura pun telah memerintahkan seseorang untuk menggali terowongan. Maka ketika istana tersebut terbakar habis, Pandawa lari ke hutan melalui terowongan. Rakyat Waranawata mengabarkan pada Hastinapura bhw tempat peristirahatan Pandawa terbakar habis.
Ketika dalam penyamaran, Pandawa mendengar tentang sayembara untuk memperebuntukan Drupadi, putri Raja Panchala. Ketika semua orang gagal, trmsk Karna, muncullah brahmana muda yang tanpa keraguan melepaskan 5 anak panah secara berurutan dan tepat pada sasaran. Brahmana itu adalah Arjuna. Para Pandawa pun menikahi Drupadi.
Atas nasihat Bhisma dan Widura, Destarata membagi kerajaan menjadi 2 ketika para Pandawa kembali ke Hastinapura. Sejak itu para Pandawa memerintah Indraprasta. Melihat Pandawa yang semakin berkuasa dan makmur, Doryudhana semakin iri hati. Sakhuni mengusulkan untuk mengundang Yudhistira bermain dadu sehingga Doryudhana dapat merebut semua yang dimiliki Pandawa tanpa harus berperang.
Yudhistira menerima undangan bermain dadu. Doryudhana meminta taruhan seluruh kekayaan dan kerajaan Yudhistira. Sakhuni-lah yang bermain untuk Doryudhana. Yudhistira kalah. Lalu ia mempertaruhkan saudara-saudaranya, dirinya sendiri, lalu Drupadi. Kalah. Para Kurawa bersorak. Doryudhana memerintahkan Dursasana menemui Drupadi. Dursasana menyeret Drupadi ke arena. Karna menyuruh Dursasana untuk melucuti pakaian Pandawa dan Drupadi (menurut Karna, semua telah menjadi milik Sakhuni, termasuk pakaian mereka). Drupadi jatuh pingsan. Dursasana segera melucuti pakaian Drupadi. Tapi setiap kali Dursasana melepas pakaian itu, muncul pakaian baru menutupi tubuh Drupadi. Begitu seterusnya hingga Dursasana berhenti. Dengan menahan amarah, Bima mengucap sumpah: "Aku tidak akan diterima di surga sebelum kuremukkan dada Dursasana dan kuminum darahnya yang telah membuat malu wangsa Bharata". Destarata sadar peristiwa ini akan menyebabkan kehancuran keturunannya. Maka ia menyuruh Yudhistira mengambil kembali kerajaan dan semua kekayaannya. Doryudhana mengirim wakilnya sekali lagi untuk mengundang Yudhistira bermain dadu. Yudhistira kalah. Kali ini para Pandawa harus mengasingkan diri di hutan selama 12 th dan hidup menyamar selama 1 th.
Setelah 13 tahun berlalu, Pandawa mengundang para sahabat dan kerabat. Disepakati Drupada mengirimkan pendeta istana Panchala untuk berunding di Hastinapura. Sementara sang pendeta pergi ke Hastinapura, Arjuna pergi ke Dwaraka untuk menemui Krishna. Ternyata Doryudhana juga datang ke Dwaraka. Keduanya ingin mendapatkan bantuan dari Krishna. Krishna meminta Arjuna memilih, dirinya pribadi tanpa senjata atau seluruh pasukan Narayana yang perkasa. Arjuna memilih Krishna meski tanpa senjata. Maka Doryudhana mendapatkan seluruh bala tentara. Meski perundingan perdamaian telah dilakukan beberapa kali, namun Doryudhana tetap menolak memberikan sejengkal tanah pun pada Pandawa. Perang tak dapat dielakkan lagi. Pandawa mengangkat Dristadyumna sebagai Senapati Agung, sementara Kurawa mengangkat Bhisma.
Korban berjatuhan dari kedua belah pihak. Pada hari ke-10, Arjuna menyerang Bhisma dengan menempatkan Srikandi di depan. Arjuna menguatkan hati untuk terus menyerang kakeknya. Panah demi panah menghujani tubuh Bhisma. Hampir sekujur tubuhnya tertembus panah Arjuna. Bhisma pun roboh. Lalu tersebar bau harum dan hujan turun membasahi Kurusetra.
Bhisma digantikan oleh Guru Drona. Taktiknya adalah menjauhkan Arjuna dari sang kakak agar Yudhistira dapat diculik. Arjuna ditantang bertarung oleh Raja Susarma dan pasukannya. Pasukan Kurawa lainnya berusaha mendekati Yudhistira. Abimanyu menerobos formasi lawan dengan pasukan Pandawa dibelakangnya. Namun Jayadrata menghadang para Pandawa. Abimanyu terjebak dan bertarung sendirian. Dengan kehebatannya, pasukan Kurawa terpukul mundur. Para ksatria besar Kurawa segera mengepung Abimanyu. Abimanyu terus melawan hingga tewas dikeroyok. Mengetahui kematian putranya, Arjuna bersumpah akan membunuh Jayadrata sebelum matahari terbenam. Dengan bantuan Krishna, Arjuna berhasil memenggal kepala Jayadrata dengan panah yang berasal dari Gandewa, busur Arjuna yang termasyur.
Pertempuran semakin sengit. Bahkan ketika matahari sudah terbenam pun perang masih berlanjut. Di malam hari, Gatotkaca dan pasukan raksasanya semakin kuat. Mereka menyerang Kurawa dengan hebat. Karna akhirnya melepaskan tombak pemberian Batara Indra yang sebenarnya ingin dia gunakan untuk melawan Arjuna. Gatotkaca pun tewas. Perang terus berlanjut. Guru Drona masih menyerang kubu Pandawa bertubi-tubi. Krishna berkata, jika mendengar Aswatama tewas, Guru Drona akan kehilangan semangat hidup. Harus ada yang mengatakan bahwa Aswatama tewas. Bima pun membunuh gajah bernama Aswatama dan meneriakkan kematian Aswatama. Guru Drona membuang senjata dan bersemedi di atas keretanya. Dristadyumna menunaikan takdirnya sebagai pencabut nyawa Guru Drona.
Setelah Guru Drona gugur, Karna menjadi mahasenapati. Perang dimulai lagi. Bima berhasil memenuhi sumpahnya dengan meremukkan dada Dursasana dan meminum darahnya. Karna bertarung dengan Arjuna dan tewas terkena panah Arjuna. Pada akhirnya Bima bertarung melawan Doryudhana dan berhasil mengalahkannya.
Perang berakhir. Yudhistira yang pada awalnya akan mengasingkan diri di hutan karena kesedihannya akan perang, akhirnya dinobatkan sebagai raja Hastinapura. Kisah Mahabharata ditutup dengan perjalanan para Pandawa dan Drupadi ke pegunungan Himalaya setelah menobatkan Parikesit sebagai raja. Satu per satu dari mereka kelelahan dan akhirnya mati, kecuali Yudhistira yang ditemani seekor anjing.
Bertahun2 kemudian, Raja Sentanu bertemu dengan seorang wanita. Terpesona oleh kecantikan dan keharumannya, Sentanu meminang wanita bernama Setyawati tersebut. Sang ayah mengajukan syarat: jika Setyawati melahirkan anak laki2, maka anak itu harus menjadi putra mahkota. Sentanu tidak bisa menerima syarat itu karena dia begitu menyayangi Dewabrata. Singkat cerita, Dewabrata berhasil mengetahui penyebab kesedihan sang ayah. Dewabrata pun mendatangi ayah Setyawati. Dewabrata bersumpah, jika Setyawati melahirkan anak laki2 maka anak itu akan dinobatkan jadi raja. Namun ayah Setyawati masih khawatir kelak keturunan Dewabrata akan menggulingkan tahta cucunya. Akhirnya Dewabrata bersumpah tidak akan menikah seumur hidupnya. Ketika Dewabrata mengucapkan sumpah itu, para dewa menaburkan bunga dan terdengar suara mengelu2kan: "Bhisma... Bhisma...". Sejak itu, Dewabrata dikenal dengan nama Bhisma.
Dari pernikahannya dengan Setyawati, Sentanu memiliki 2 orang putra: Chitrangada dan Wicitrawirya. Ketika Chitrangada tewas dalam peperangan, adiknya dinobatkan menjadi pengganti karena Chitrangada tidak memiliki anak. Ketika Raja Kasi mengadakan sayembara untuk mencari suami bagi putri-putrinya, Bhisma datang untuk mencarikan istri bagi Wicitrawirya yang telah dewasa. Bhisma berhasil mengalahkan lawan-lawannya dan memboyong Amba, Ambali dan Ambalika. Amba sebenarnya kekasih Raja Salwa, namun karena Salwa kalah dari Bhisma, maka Amba harus mengikuti Bhisma. Wicitrawirya akhirnya menikahi Ambali dan Ambalika. Dari Ambali, Wicitrawirya memiliki anak bernama Destarata, sedangkan dari Ambalika, Pandu. Amba tidak menikah dan mendendam pada Bhisma. Setelah melakukan tapa brata, Amba menceburkan diri ke dalam api dan terlahir kembali menjadi Srikandi, yang kelak membunuh Bhisma.
Destarata menikah dengan Dewi Gandari dan menurunkan para Kurawa, sementara Pandu menikah dengan Dewi Kunti dan Dewi Madri, menurunkan para Pandawa. Buku ini menceritakan Kunti dalam bab tersendiri. Sura, kakek Krishna, memiliki seorang putri bernama Pritha. Karena sepupu Sura, Kuntibhoja, tidak memiliki anak, maka Pritha diangkat anak. Sejak itu Pritha dikenal sebagai Dewi Kunti. Suatu ketika datang seorang Rsi bernama Rsi Durwasa dan tinggal cukup lama di kediaman Kuntibhoja. Karena kebaikan Kunti, sang Rsi memberikan mantra untuk memanggil dewa dan memiliki keturunan dengan Dewa tersebut. Kunti yang masih gadis mencoba mantra itu dan Batara Surya pun muncul dihadapannya. Lalu Kunti hamil. Ketika lahir, sang bayi dihanyuntukan di sungai dan ditemukan oleh sais kereta. Anak tersebut adalah Karna.
Pandu yang menikah dengan Dewi Kunti dan Dewi Madri, suatu ketika berburu ke hutan dan memanah seekor rusa jantan. Si rusa ternyata jelmaan seorang Rsi yang sedang bercengkrama dengan istrinya. Dalam keadaan sekarat sang Rsi mengutuk: Pandu akan menemui ajalnya saat olah asmara dengan istrinya. Pandu lalu mengasingkan diri di hutan bersama kedua istrinya. Kunti menceritakan tentang mantra pemberian Rsi Durwasa. Pandu pun meminta kedua istrinya untuk menggunakan mantra itu agar memiliki keturunan. Maka lahirlah Yudhistira, Bima dan Arjuna dari Dewi Kunti, Nakula dan Sadewa dari Dewi Madri. Hingga pada suatu ketika Pandu menemui ajalnya karena bermesraan dengan Dewi Madri. Karena merasa berdosa, Dewi Madri terjun ke dalam api yang membakar suaminya. Para pertapa lalu membawa Kunti dan Pandawa kembali ke Hastinapura.
Pandawa dan Kurawa tumbuh bersama di Hastinapura. Melihat keperkasaan Bima, ketangkasan Arjuna dan seruan penduduk yang mengatakan Yudhistira layak menjadi raja, api kedengkian membakar Doryudhana. Bersama Karna dan Sakhuni, ia merencanakan untuk membunuh Pandawa. Doryudhana berhasil membujuk ayahnya untuk mengirim Pandawa ke Waranawata. Disana Pandawa dan Dewi Kunti di istana yang telah dibangun atas perintah Doryudhana dari bahan-bahan yang mudah terbakar. Namun penasihat istana, Widura, mengetahui rencana jahat Doryudhana dan memperingatkan Yudhistira. Widura pun telah memerintahkan seseorang untuk menggali terowongan. Maka ketika istana tersebut terbakar habis, Pandawa lari ke hutan melalui terowongan. Rakyat Waranawata mengabarkan pada Hastinapura bhw tempat peristirahatan Pandawa terbakar habis.
Ketika dalam penyamaran, Pandawa mendengar tentang sayembara untuk memperebuntukan Drupadi, putri Raja Panchala. Ketika semua orang gagal, trmsk Karna, muncullah brahmana muda yang tanpa keraguan melepaskan 5 anak panah secara berurutan dan tepat pada sasaran. Brahmana itu adalah Arjuna. Para Pandawa pun menikahi Drupadi.
Atas nasihat Bhisma dan Widura, Destarata membagi kerajaan menjadi 2 ketika para Pandawa kembali ke Hastinapura. Sejak itu para Pandawa memerintah Indraprasta. Melihat Pandawa yang semakin berkuasa dan makmur, Doryudhana semakin iri hati. Sakhuni mengusulkan untuk mengundang Yudhistira bermain dadu sehingga Doryudhana dapat merebut semua yang dimiliki Pandawa tanpa harus berperang.
Yudhistira menerima undangan bermain dadu. Doryudhana meminta taruhan seluruh kekayaan dan kerajaan Yudhistira. Sakhuni-lah yang bermain untuk Doryudhana. Yudhistira kalah. Lalu ia mempertaruhkan saudara-saudaranya, dirinya sendiri, lalu Drupadi. Kalah. Para Kurawa bersorak. Doryudhana memerintahkan Dursasana menemui Drupadi. Dursasana menyeret Drupadi ke arena. Karna menyuruh Dursasana untuk melucuti pakaian Pandawa dan Drupadi (menurut Karna, semua telah menjadi milik Sakhuni, termasuk pakaian mereka). Drupadi jatuh pingsan. Dursasana segera melucuti pakaian Drupadi. Tapi setiap kali Dursasana melepas pakaian itu, muncul pakaian baru menutupi tubuh Drupadi. Begitu seterusnya hingga Dursasana berhenti. Dengan menahan amarah, Bima mengucap sumpah: "Aku tidak akan diterima di surga sebelum kuremukkan dada Dursasana dan kuminum darahnya yang telah membuat malu wangsa Bharata". Destarata sadar peristiwa ini akan menyebabkan kehancuran keturunannya. Maka ia menyuruh Yudhistira mengambil kembali kerajaan dan semua kekayaannya. Doryudhana mengirim wakilnya sekali lagi untuk mengundang Yudhistira bermain dadu. Yudhistira kalah. Kali ini para Pandawa harus mengasingkan diri di hutan selama 12 th dan hidup menyamar selama 1 th.
Setelah 13 tahun berlalu, Pandawa mengundang para sahabat dan kerabat. Disepakati Drupada mengirimkan pendeta istana Panchala untuk berunding di Hastinapura. Sementara sang pendeta pergi ke Hastinapura, Arjuna pergi ke Dwaraka untuk menemui Krishna. Ternyata Doryudhana juga datang ke Dwaraka. Keduanya ingin mendapatkan bantuan dari Krishna. Krishna meminta Arjuna memilih, dirinya pribadi tanpa senjata atau seluruh pasukan Narayana yang perkasa. Arjuna memilih Krishna meski tanpa senjata. Maka Doryudhana mendapatkan seluruh bala tentara. Meski perundingan perdamaian telah dilakukan beberapa kali, namun Doryudhana tetap menolak memberikan sejengkal tanah pun pada Pandawa. Perang tak dapat dielakkan lagi. Pandawa mengangkat Dristadyumna sebagai Senapati Agung, sementara Kurawa mengangkat Bhisma.
Korban berjatuhan dari kedua belah pihak. Pada hari ke-10, Arjuna menyerang Bhisma dengan menempatkan Srikandi di depan. Arjuna menguatkan hati untuk terus menyerang kakeknya. Panah demi panah menghujani tubuh Bhisma. Hampir sekujur tubuhnya tertembus panah Arjuna. Bhisma pun roboh. Lalu tersebar bau harum dan hujan turun membasahi Kurusetra.
Bhisma digantikan oleh Guru Drona. Taktiknya adalah menjauhkan Arjuna dari sang kakak agar Yudhistira dapat diculik. Arjuna ditantang bertarung oleh Raja Susarma dan pasukannya. Pasukan Kurawa lainnya berusaha mendekati Yudhistira. Abimanyu menerobos formasi lawan dengan pasukan Pandawa dibelakangnya. Namun Jayadrata menghadang para Pandawa. Abimanyu terjebak dan bertarung sendirian. Dengan kehebatannya, pasukan Kurawa terpukul mundur. Para ksatria besar Kurawa segera mengepung Abimanyu. Abimanyu terus melawan hingga tewas dikeroyok. Mengetahui kematian putranya, Arjuna bersumpah akan membunuh Jayadrata sebelum matahari terbenam. Dengan bantuan Krishna, Arjuna berhasil memenggal kepala Jayadrata dengan panah yang berasal dari Gandewa, busur Arjuna yang termasyur.
Pertempuran semakin sengit. Bahkan ketika matahari sudah terbenam pun perang masih berlanjut. Di malam hari, Gatotkaca dan pasukan raksasanya semakin kuat. Mereka menyerang Kurawa dengan hebat. Karna akhirnya melepaskan tombak pemberian Batara Indra yang sebenarnya ingin dia gunakan untuk melawan Arjuna. Gatotkaca pun tewas. Perang terus berlanjut. Guru Drona masih menyerang kubu Pandawa bertubi-tubi. Krishna berkata, jika mendengar Aswatama tewas, Guru Drona akan kehilangan semangat hidup. Harus ada yang mengatakan bahwa Aswatama tewas. Bima pun membunuh gajah bernama Aswatama dan meneriakkan kematian Aswatama. Guru Drona membuang senjata dan bersemedi di atas keretanya. Dristadyumna menunaikan takdirnya sebagai pencabut nyawa Guru Drona.
Setelah Guru Drona gugur, Karna menjadi mahasenapati. Perang dimulai lagi. Bima berhasil memenuhi sumpahnya dengan meremukkan dada Dursasana dan meminum darahnya. Karna bertarung dengan Arjuna dan tewas terkena panah Arjuna. Pada akhirnya Bima bertarung melawan Doryudhana dan berhasil mengalahkannya.
Perang berakhir. Yudhistira yang pada awalnya akan mengasingkan diri di hutan karena kesedihannya akan perang, akhirnya dinobatkan sebagai raja Hastinapura. Kisah Mahabharata ditutup dengan perjalanan para Pandawa dan Drupadi ke pegunungan Himalaya setelah menobatkan Parikesit sebagai raja. Satu per satu dari mereka kelelahan dan akhirnya mati, kecuali Yudhistira yang ditemani seekor anjing.
No comments:
Post a Comment