Tata Pelaksanaan Upacara Ngalinggihang Dewa Hyang
Ladang Informasi - Upacara Sawa Wedana, bermakna mengembalikan unsur- unsur Panca Maha Bhuta (Sthula sarira) dan
menyucikanvatma orang yang telah meninggal) dunia. Sedangkan Upacara Atma Wedana, bermakna menyucikan suksma sarira dan atma sebagai kelanjutan dari upacara Sawa
Wedana. Upacara Ngalinggihang Dewa Pitara (Dewa
Hyang) dapat dilaksanakan berupa menstanakan kembali atma (roh suci) yang
diyakini telah mencapai “Atmasiddha Dewata”. Di Sanggah Kamulan
(Pemerajan) atau Pura Kawitan (Pura Leluhur).
Tujuan dan Fungsi Upacara
Tata Pelaksanaan
1. Rangkaian Upacara
Setelah melaksanakan upacara Atma Wedana, dilanjutkan pula dengan upacara
Nyegara Gunung/ Nyegara Giri atau Majar- ajar ke laut dan ke gunung.
Upacara selanjutnya adalah menstanakan atau Ngalinggihang Dewa Pitara atau Dewa Hyang dengan rangkaian sebagai berikut :
- Nuntun dari pura Dalem (Kahyangan Tiga, Segara atau Pura Dalem Puri Besakih. Pertama melaksanakan upacara mempersembahkan sesajen (ayaban) ke hadapan Ida Bhatara di pura Dalem (Siwa). Selanjutnya pimpinan upacara (Pinandita atau. Pandita) memohon supaya leluhur keluarga yang bersangkutan (yang memohon) diperkenankan disthanakan pada Sanggah Kamulan (Pamerajan), Pura Kawitan atau pura leluhur. Sarana yang dipergunakan adalah “Daksina palinggih” yang kemudian dilanjutkan dengan upacara Pradaksina mengelilingi palinggih Pura Dalem tiga kali. Sebelum upacara ini dilaksanakan terlebih dahulu dipersembahkan Segehan Agung dengan “penyambleh ayam Hitam”. Dewa Pitara (Dewa Hyang kemudian diiring menuju Sanggah Kamulan (Pemerajan), Pura Kawitan atau Pura Leluhur untuk disthanakan. Dalem Puri terlebih dahulu mempersembahkan sesajen “Piuning” ke Pura Manik Mas, Bangun Sakti, Ulun Kulkul, Pura Gua dan Pura Banua. Perjalanan selanjutnya dan Pura Manik Mas menuju pura Dalem Puri terlebih dahulu menyeberangi Titi Gonggang dan Batu Macepak yang terletak pada jurang sebelah barat Pura Manik Mas. Pada kedua tempat ini (Titi Gonggang dan Batu Macepak) mempersembahkan sesajen Pejati atau Penebusan. Setelah selesai memohon Dewa Pitara di Dalem Puri dilanjutkan dengan mempersembahkan Pejati di Pura Basukihan, Padharman (bila yang bersangkutan memiliki Padharman) dan diakhiri dengan mempersembahkan Pejati di Pura Penataran Agung.
- Dilanjutkan dengan upacara menstanakan Ngalinggihang di Sanggah Kamulan (Pamerajan) atau Pura Kawitan (leluhur).
2. Upakara (Sesajen)
Penjelasan :
Jumlah dan sarana upakara (sesajen) disesuaikan dengan kemampuan (desa, kala,
patra) serta petunjuk Pinandita atau Pandita.
3. Puja Mantra
puja mantra yang dipergunakan bermacam-macam, beda tempat beda kebiasaan, adapun puja mantranya yang digunakan adalah sebagai berikut :
- Durgastawa.
- Sagarastawa.
- Pertiwistawa.
- Gurustawa.
- Saraswatistawa.
- Prajapatistawa.
- Dan lain- lain sesuai dengan lokasi pura dan sarana upakaranya.
Bila yang memimpin upacara seorang Pinandita (Pamangku) hendaknya mempergunakan
“seha” sesuai dengan kewenangannya.
4. Sumber Ajaran
- Weda.
- Negara Kertagama.
- Wrhaspatitattwa.
- Siwagama
- Siwatattwapurana.
- Purwabhumikamulan.
- Puja Mamukur.
- Yama Purwanatattwa.
- Pitutur Leburgangsa.
- Sanghyang Leburgangsa.
Melaksanakan upacara yajna termasuk di dalamnya upacara Pitra Yajna adalah
merupakan kewajiban bagi setiap umat Hindu. Upacara Pitra Yajna terdiri dari:
Upacara Ngalinggihang Dewa Pitara (Menstanakan Dewa
Hyang/ Atma leluhur diyakini telah suci) bertujuan untuk menjalin bhakti
keturunan atau santana dengan para leluhur di samping juga melalui para leluhur
umat manusia dapat lebih mendekatkan dirinya kepada Sang Hyang Widhi.
Adapun fungsi upacara
pemujaan kepada para leluhur ini adalah sebagai sarana supaya para leluhur
dapat memberikan perlindungan dan pengayoman kepada keturunannya, di samping
untuk dapat menghubungkan umat manusia kepada Sang Hyang Widhi Wasa.
Penjelasan :
- Bagi yang memilih nuntun dari segara rangkaian upacaranya hampir sama dengan menuntun di pura Dalem (Kahyangan Tiga) dengan tambahan mapekelem (persembahan sesajen yang dilabuh ke laut) berupa sajen suci hitam, itik hitam dan salaran.
- Bagi yang memilih menuntun di Pura Dalem Puri upacaranya lebih besar dan upacara (l) dan (2) di atas. dengan pertama melaksanakan upacara di Pura Segara Gua Lawah dan dilanjutkan. dengan upacara ke Pura Dalem Puri. Sebelum menuju Pura
Adapun upakara atau sesajen dan sarana yang merupakan inti adalah : Banten saji
Dewa
Putih Kuning, Jerimpen Agung, Sesayut, Pangulapan, Pengambyan, Benang Tri Datu
(tiga .warna : merah, putih, hitam) satu tukel (satu gulung),uang kepeng 225
biji yang diikatkan pada benang tridatu. Sebuah tutup (tombak) yang diikat dengan benang tridatu dialasi l buah
kelapa yang dikupas serabutnya, diisi beras, pada ujung tombak dilengkapi
dengan “Sat- sat” dari janur di samping sebuah daksina palinggih dan kain
sebagai Tigasana.
Puja Mantra disesuaikan dengan manifestasi Sang Hyang Widhi yang dipuja :
Penjelasan :
Pemujaan Dewa Pitara atau Pitara yang telah suci
adalah merupakan salah satu pokok ajaran agama Hindu yang mengajarkan penyembahan
kepada leluhur yang telah suci atau Dewa Pitara di samping
menyembah Ida Sang Hyang Widhi dan Dewa- Dewa sebagai manifestasi
Nya. Pemujaan leluhur yang telah suci itu diajarkan dalam kitab suci agama
Hindu dan sastra-sastranya yang dalam pelaksanaannya disesuaikan dengan
keadaan umat di mana agama Hindu itu berkembang.
No comments:
Post a Comment