Sejarah Pasek Gelgel
Ladang Informasi - Raja Çri Gajah Waktra mengangkat I Gusti Bendesa Mas sebagai
Amancabhumi selaku penguasa di daerah Mas dan sekitarnya. Pada hari Senin
Umanis, wuku Sungsang, musim tanam sasih Karo Tahun Çaka 1257 (Bulan Juli
1335). Juga diangkat keturunan Sang Sapta Rsi lainnya, antara lain I Gusti
Smaranathadengan tugas sebagai pengeling (pengawas) Pura Penganggih Batur Desa
Gelgel. Sedangkan I Gusti Smaranatha diangkat sebagai amancabhumi dengan
abisheka Kyayi Smaranatha. Sedangkan I Gusti Pasek Gelgel diangkat Amancabhumi selaku penguasa
daerah berkedudukan di Gelgel bergelas I Gusti Agung Pasek Gelgel, dengan daerah kekuasaannya yaitu Pulau
Nusa Penida, Batulahak sampai ke Desa Takmung.
Pada tahun Çaka 156 (tahun 1334 M) di Majapahit terjadi
Perubahan dengan diangkatnya Gajah
Mada menjadi Maha Patih Hamengkubhumi. Pada suatu pesamuan agung
(Rapat Besar) di Majapahit, Maha
Patih Hamengkubhumi Kryan Gajah Mada, mengatakan bahwa dia tidak akan
beristirahat apabila seluruh nusantara belum dapat disatukan. Kata-kata beliau
itulah yang kemudian disebut Sumpah Palapa, yang menimbulkan kesalahpahaman
Raja – Raja di seberang lautan termasuk Raja Çri Gajh Waktra. Sumpah palapa ini
dianggap sebagai politik ekspansi daerah dan kekuasaan dari Raja Majapahit,
sehingga menimbulakan renggangnya hubungan antara Raja Bali dengan Majapahit.
Oleh sebab itu Raja Çri Gajah Waktra dijuliki Bedahulu. Julukan itu diberikan karena berbeda pandangan dengan
pemerintahan pusat di Majapahit. Hal itu menyebabkan Raja Majapahit menjadi
marah dan memerintahkan Maha Patih Hamengkubhumi Kryan Gajah Mada untuk
menyerang Kerajaan Bali. Namun pada serangan pertama, kerajaan Bali tidak dapat
ditundukkan karena kuatnya benteng pertahanan serta gigihnya rakyat bali
mempertahankan setiap jengkal daerah kerajaan Bali. Dan pada tahun Çaka 1265
(tahun 1343 M) untuk kedua kalinya kerajaan bali diserang oleh kerajaan Majapahit,
dengan mengerahkan pasukan yang cukup besar yang dipimpin langsung oleh Maha
Patih Hamengkubhumi Kryan Gajah Mada dengan dibantu oleh beberapa orang Arya.
Dengan tipu muslihat yang digunakan oleh Patih Gajah Mada, akhirnya kerajaan
Bali dapat dikalahkan.
Sedangakan Patih Ki Pasung Gerigis dapat ditawan, kemudian
ditugaskan untuk menyerang Kerajaan Sumbawa. Sehingga terjadi pertempuran
hebat. Di dalam perang tersebut Patih Ki Pasung Gerigis gugur bersama dengan
Raja Sumbawa. Kemudian Para Arya yang ditinggalkan di Bali, lalu diberi jabatan
untuk memerintah Bali atas jasa-jasanya telah membantu mengalahkan Bali. Mereka
antara lain adalahArya Kuthawaringin ditempatkan di Gelgel, Arya Kenceng di Pucangan (Buahan), Arya Belog (Arya Pudak) di Kaba-Kaba, Arya Dalancang
di Kapal, Arya Sentong di Pacung, Kryan Punta di Mambal, Kryan Jeruden di
Temukti, Kryan Tumenggung di Petemon, arya Sura Wang Bang dari Lasem di
Sukanet, Arya Melel Cengkerong di Jembarana, Arya Pamacekan di Bondalem. Sekianlah
para penguasa yang ditempatkan oleh Maha Patih Hamengkubhumi Kryan Gajah Mada.
Sedangakan Maha Patih Kryan Gajah Mada dan sebagian pasukannya
kembali ke Majapahit, setelah dijemput oleh Arya Kuda Panolin alias Arya Kuda
Pengasih. Kemudian para Arya yang ditempatkan di Bali belum bisa diterima
sepenuhnya oleh Rakyat Bali dan mereka masih dendam dan sakit hati akibat
peperangan tersebut, dangan kata lain para Arya belum berhasil mengusai Bali,
dan rakyat Bali masih mengakui sanak saudara dari Ki Patih Ulung sebagai
pemimpin mereka. Dengan demikian daerah Bali masih dalam kondisi Labil, serta kehidupan
sehari-hari tidak teratur.
Kemudian Ki Patih Ulung salah seorang keturunan Sang Sapta Rsi
dan juga bekas Mantri pada pemerintahan Raja Bali, tidak sampai hati meliahat
keadaan Rakyat Bali yang porak poranda akibat perang tersebut. Beliau menyadari
bagaimana perasaan Rakyat Bali Aga yang ditinggalkan oleh pemimpin mereka yang
sangat dihormati dan disegani yaitu Raja Bali Çri Gajah Waktra yang telah gugur
oleh peperangan tersebut. Ditambah lagi tidak mampunya Arya selaku penguasa
daerah mengusai situasi daerah Bali, merupaka beban moral bagi Ki Patih Ulung
bersama sanak saudaranya.
No comments:
Post a Comment