viral

loading...

Wednesday, November 26, 2014

Pelangkiran Pada Kelahiran Anak

Hubungan Kelahiran Anak dan Pelangkiran

Ladang Informasi
Ladang Informasi - Setiap kelahiran anak, upacara, dan upakara yang dilakukan antara lain, menanam ari-ari (plasenta) di halaman dekat pintu keluar rumah. Bila anak lelaki, ditanam di sebelah kiri, sedangkan bila anak perempuan di sebelah kanan. (Kiri/ pengiwa adalah simbol ‘sakti’ dan kanan/ penengen adalah simbol ‘dharma’).
Orientasi kiri dan kanan jika dilihat dari ‘dalam rumah’ atau kalau kita akan melangkah keluar rumah. Misalnya rumahnya menghadap ke barat (jalanan ada di sebelah barat), maka yang di kanan adalah utara, dan di kiri adalah selatan.
Maksudnya harapan kita kepada anak lelaki agar di masa depan dia bisa mandiri menghidupi keluarga dengan kekuatan otak dan badannya = sakti; kepada anak perempuan agar di kemudian hari dia bisa menjadi wanita yang swanita, dharma, pandai sebagai ibu yang mulia: melahirkan anak, memelihara keluarga, bhakti kepada suami, ortu, dan mertua, dan lain-lain = dharma.
Tata cara menanam ari-ari: dicuci bersih, dimasukkan ke dalam kendi kecil yang ada tutupnya, disertakan: bunga harum, duri, rempah-rempah, ntal bertuliskan Aksara Bali sebagai berikut :
A NA CA RA KA DA TA SA WA LA MA GA BA NGA PA JA YA NYA
(Kalau bisa tulis dengan Aksara Bali)
Selesai menanam, di atasnya ditaruh batu besar, kemudian ditancapkan sanggah cucuk dan diisi banten pejati lalu dinyalakan lilin selama 42 hari. Di atas batu diisi segehan. Di atas tempat tidur si anak digantungkan pelangkiran dari ingke, diisi banten dapetan atau pejati.
Setelah si anak diupacarai 3 bulan, maka pelangkiran ingke itu diturunkan, diganti dengan pelangkiran dari kayu yang menempel di tembok. Untuk satu kamar tidur cukup satu buah pelangkiran kayu itu.
Misalnya dalam kamar tidur itu ada bapak – ibu – anak, maka cukup satu saja. Jadi di setiap kamar tidur cukup satu saja, berapa pun banyaknya orang yang tidur di sana.
Pelangkiran dari ingke adalah pelinggihan Sanghyang Kumara, dan ‘tugas’ beliau ngemban rare, selesai ketika si anak sudah berusia 105 hari (3 bulan Bali)
Pelangkiran dari kayu yang menempel di tembok adalah pelinggihan Kanda Pat yang selalu mengiringi manusia selama hidup bahkan sampai meninggal dunia dan roh kita berada di sunia loka.
Ketika kita tidur, maka Kanda Pat keluar dari tubuh kita, dan ini perlu distanakan di pelangkiran agar beliau menjaga kita di saat tidur, sehingga tidur kita pulas/ nyenyak, tidak bermimpi yang seram-seram (nightmare).

Kanda Pat semua manusia, unsur-unsur dasarnya sama, dalam artian, hanya ‘prabawa’-nya yang terpecah-pecah berada dalam diri setiap manusia. Oleh karena itu pelangkiran kayu di kamar tidur bisa digunakan bersama oleh semua yang tidur di kamar itu (termasuk yang bermalam sementara).
Sumber sastra: Lontar Kanda-Pat rare, Lontar Kala Tattwa, Lontar Tutur Panus Karma.

No comments:

Post a Comment