Hubungan Kelahiran Anak dan Pelangkiran
Ladang Informasi - Setiap kelahiran anak, upacara, dan upakara yang dilakukan
antara lain, menanam ari-ari (plasenta) di halaman dekat pintu keluar rumah.
Bila anak lelaki, ditanam di sebelah kiri, sedangkan bila anak perempuan di
sebelah kanan. (Kiri/ pengiwa adalah simbol ‘sakti’ dan kanan/ penengen adalah
simbol ‘dharma’).
Orientasi kiri dan kanan
jika dilihat dari ‘dalam rumah’ atau kalau kita akan melangkah keluar rumah.
Misalnya rumahnya menghadap ke barat (jalanan ada di sebelah barat), maka yang
di kanan adalah utara, dan di kiri adalah selatan.
Maksudnya harapan kita
kepada anak lelaki agar di masa depan dia bisa mandiri menghidupi keluarga
dengan kekuatan otak dan badannya = sakti; kepada anak perempuan agar di
kemudian hari dia bisa menjadi wanita yang swanita, dharma, pandai sebagai ibu
yang mulia: melahirkan anak, memelihara keluarga, bhakti kepada suami, ortu,
dan mertua, dan lain-lain = dharma.
Tata cara menanam ari-ari:
dicuci bersih, dimasukkan ke dalam kendi kecil yang ada tutupnya, disertakan:
bunga harum, duri, rempah-rempah, ntal bertuliskan Aksara Bali sebagai berikut :
A NA CA RA KA DA TA SA WA LA MA GA BA NGA PA JA YA NYA
(Kalau bisa tulis dengan Aksara Bali)
Selesai menanam, di
atasnya ditaruh batu besar, kemudian ditancapkan sanggah cucuk dan diisi banten
pejati lalu dinyalakan lilin selama 42 hari. Di atas batu diisi segehan. Di atas
tempat tidur si anak digantungkan pelangkiran dari ingke, diisi banten dapetan
atau pejati.
Setelah si anak diupacarai
3 bulan, maka pelangkiran ingke itu diturunkan, diganti dengan pelangkiran dari
kayu yang menempel di tembok. Untuk satu kamar tidur cukup satu buah
pelangkiran kayu itu.
Misalnya dalam kamar tidur
itu ada bapak – ibu – anak, maka cukup satu saja. Jadi di setiap kamar tidur
cukup satu saja, berapa pun banyaknya orang yang tidur di sana.
Pelangkiran dari ingke
adalah pelinggihan Sanghyang Kumara, dan ‘tugas’ beliau ngemban rare, selesai
ketika si anak sudah berusia 105 hari (3 bulan Bali)
Pelangkiran dari kayu yang
menempel di tembok adalah pelinggihan Kanda Pat yang selalu mengiringi
manusia selama hidup bahkan sampai meninggal dunia dan roh kita berada di sunia
loka.
Ketika kita tidur, maka Kanda Pat keluar dari tubuh kita, dan ini perlu distanakan di pelangkiran
agar beliau menjaga kita di saat tidur, sehingga tidur kita pulas/ nyenyak,
tidak bermimpi yang seram-seram (nightmare).
Kanda Pat semua manusia,
unsur-unsur dasarnya sama, dalam artian, hanya ‘prabawa’-nya yang
terpecah-pecah berada dalam diri setiap manusia. Oleh karena itu pelangkiran
kayu di kamar tidur bisa digunakan bersama oleh semua yang tidur di kamar itu
(termasuk yang bermalam sementara).
Sumber sastra: Lontar Kanda-Pat rare, Lontar Kala
Tattwa, Lontar Tutur Panus Karma.
No comments:
Post a Comment