Pelaksanaan Agni Hotra
Pengertian Agni Hotra
Agnihotra berasal dari kata Sansekerta dimana terdiri dari dua
kata yaitu Agni dan Hotra. Agni adalah api dan Hotra adalah persembahyangan
atau melakukan persembahan. Jadi agnihotra adalah sebuah ritual atau bentuk
upacara persembahan. Secara umum semua yajna dalam Veda mempunyai arti
sama yaitu Agnihotra. Sebab pengertian yajna dalam Veda adalah persembahan yang
dituangkan ke dalam api suci. Api suci yang dimaksud adalah api yang dihidupkan
dan dikobarkan dalam kunda. Kunda adalah lambang pengorbanan. Mengapa
persembahan dimasukkan dalam api, hal ini disebutkan dalam Purana, bahwa Dewa
Agni (disimbulkan dengan api) adalah lidahnya Tuhan. Sehingga maknanya adalah
jika persembahan disampaikan melalui lidah Tuhan, maka persembahan tidak akan
nyasar ketempat lain.
Ini disebutkan dalam petikan mantra Reg Veda I.1.1
Agnimile Purohitam, yajnasya devam rtvijam
Hotaram ratnadhatanam
Arti :
“oh deva Agni, Engkau sebagai Pendeta Utama, dewa pelaksana
upacara yajna, kami memuja-Mu, Engkau pemberi Anugrah berupa kekayaan yang
utama”
Maknanya adalah bahwa dewa Agni berfungsi dan bertugas sebagai
Purohita (Pendeta Utama), maka dapat disimpulkan bahwa tanpa dewa Agni berarti
semua upacara persembahan akan sia-sia belaka. Kalau dikaitkan dengan yajna di
jaman sekarang tidak akan lepas dari api itu sendiri.
Disebutkan dalam Kitab Satapathabrahamana : “Mereka (Tuhan)
mengatakan siapa yang melakukan pemujaan kepada Beliau, para Brahmana yang
mempersembahkan kepada Beliau. Lalu apa yang diberikan, yang diberikan adalah
persembahan Agnihotra dan yang ditinggalkan dalam sendok besar adalah sisa
(ucchista) dari Agnihotra. Yang tersisa dalam mangkok adalah beras yang
dituangkan dari wadahnya.
Jenis Agni Hotra
Ada beberapa Jenis Agni, yaitu :
- Ahavaniya Agni ; yaitu api suci untuk memasak makanan.
- Grhapatya Agni ; yaitu api upacara perkawinan untuk menjaga kesucian perkawinan.
- Cita Agni; yaitu api suci untuk membakar mayat
Fungsi Agni Hotra
Pada hakekatnya Agnihotra adalah upacara multifungsi. Secara
garis besar kehidupan manusia dibagi menjadi dua yaitu :
- Kewajiban; yaitu berupa perintah Tuhan yang harus dilaksanakan oleh umatnya
- Tindakan yang dilakukan berdasarkan untuk pemenuhan kebutuhan/keinginan
Demikian pula upacara Agnihotra dilakukan untuk :
1. Nitya Karma (sebagai kewajiban)
Nitya karma adalah sebuah kewajiban yang harus dilakukan
seseorang sebagai penganut Hindu. Dari kewajiban ini dapat diketahui bahwa
semua tugas mulia tersebut berguna untuk membersihkan diri dan selalu melakukan
pencerahan hidup. Ada enam hal penting yang menjadi tugas pokok yang harus
dilakukan sebagai pelaksanaan Nitya Karma, yaitu :
- Dewa Puja
- Melaksanakan Homa dan Belajar sastra Agama
- Melayani Orang Tua
- Memberi pelayanan kepada binatang, orang miskin dan orang tak punya
- Melayani Guru, Athiti
- Meditasi
2. Naimitika Karma/Kamya Karma (sebagai bentuk keinginan pada kebaikan)
Naimitika Krma atau sering disebut Kamya Karma adalah suatu
kegiatan yang dilakukan berdasarkan keinginan.
3. Mencapai Pembebasan
Disebutkan dalam Aitraiyabrahmana, 5,31,2 bahwa jika dia
melakukan persembahan sebelum matahari terbit, ini seperti memberikan pada
seseorang seekor gajah, ketika tangannya tidak menjulur keluar. Tetapi jika
mempersembahkan setelah matahari terbit, ini seperti memberikan sesuatu pada
seseorang seekor gajah setelah ia menjulurkan tangannya. Oleh karean itu, harus
dilakukan pada saat matahari terbit yang akan membawanya pada Surga.
4. Penebusan Dosa
Disebutkan dalam Satapathabrahamana 2.3.1.6 bahwa seperti seekor
ular bisa bebas dari kulitnya, demikian pula ia membebaskan dirinya dari
kejahatan malam hari, demikian pula halnya yang mengetahui dengan melakukan
persembahan Agnihotra ia akan bebas dari kejahatan. Penjelasan tentang
pembebasan dari kejahatan dan dosa dapat dilakukan dengan melaksanakan
agnihotra pada saat matahari terbenam. Ini disebutkan dalam kitab-kitab suci
Jaiminiyabrahmana I.8;I.9-10 dan masih banyak kitab lainnya.
5. Homa Therapy
Homa Therapy berarti penyembuhan. Ini ditimbulkan karena efek
pelaksanaan Homa di udara. Methodenya adalah harmonisasi putaran energi yang
sederhana dari planet. Seorang ahli menjelaskan bahwa reaksi kimia yang terjadi
ketika pyramid api Agnihotra membakar semuanya. Yang terpenting adalah
radiasinya, kita tahu aspek kimia dari api dimana bagian akhirnya didapatkan
H2O, CO2 dan CO. Kemudian ada sinar dan sinar infra merah. Ini adalah
pemandangan klasik. Jika dilihat struktur yang lebih halus dari api, maka didapatkan
lompatan-lompatan electron dari satu atom pada atom lainnya (seperti sinar dari
lampu) dan ini merupakan emisi pada level yang sangat halus dengan serangan
tiba-tiba yang kuat seperti teori quantum modern.
Waktu Pelaksanaan
Waktu pelaksanaan agnihotra yang baik sangat tergantung pada
jenis upacara agnihotra yang dilaksanakan, yaitu :
1. Waktu untuk Nitya Karma
Pelaksanaannya ditentukan oleh keberadaan matahari yaitu
matahari terbit atau terbenam. Seperti disebutkan dalam beberapa kitab suci,
yaitu :
- Kitab Katakasamhita;6,5;54-4 disebutkan “ dia hendaknya melaksanakan agnihotra di sore hari ketika saat matahari terbenam, pagi hari ketika matahari belum terbit”.
- Maitrayanisamhita I.8,7 ; 129-9 disebutkan “agnihotra hendaknya dilaksanakan pada saat malam tiba dan pagi hari setelah matahari terlihat bersinar terang”
2. Waktu untuk Naimitika Karma
Waktu pelaksanaan agnihotra dalam rangka Naimitika Karma sedikit
berbeda dengan waktu sandhya agnihotra atau Nitya Karma. Pada Kamya atau
Naimitika Karma, agnihotra dilaksanakan sesuai dengan waktu yang dipilih oleh
Yajamana dan Purohita.
Cara Pelaksanaan
Prinsip keseimbangan sangat dominant dalam kerja Agnihotra.
Seperti proses terjadinya hujan, dimana Air laut menguap karena panas matahari,
membentuk awan tebal, terbawa angin kearah pegunungan, karena dingina membentuk
titik-titik air, jatuh menjadi hujan, memberikan kesuburan kepada hutan. Air
hujan meresap dan disimpan oleh lapisan hutan, mengalir mengikuti aliran sungai
dan berakhir di samudra. Siklus ini terulang terus, tiada henti. Dengan adanya
hujan ini maka kelangsungan hidup semua mahluk hidup menjadi terjaga. Demikian
juga kerja agnihotra dengan menyalakan api suci, dimana persembahan utama ghee,
biji-bijian, dan bunga-bungaan, semua keharuman ini terbawa oleh asap yang
bergabung bersama awan, kemudian menjatuhkan hujan. Hujan mendatangkan
kesuburan, kesuburan ini dinikmati umat manusia dalam menjalani hidupnya di
dunia.
Pernyataan ini termuat disebutkan dalam Atharvaveda
VIII.107.1
Ava divas tarayanti, sapta suryasya rasmayah
apah samudriya dharah
Arti :
”tujuh sinar matahari, mengangkat uap air dari samudra naik ke
langit dan semuanya itu menyebabkan turunnya hujan”
Yajamana
Kitab Baaudhayanasratasutra;3.5.13 menyebutkan ”aham
yajamano ma risam” artinya ”persembahan yajamana akan dilaksanakan
oleh pendeta”. Awalnya, Agnihotra yang sederhana dilaksanakan oleh yajamana
pada api sucinya sendiri, bisa dibandingkan dengan yang dilaksanakan di
rumah-rumah dimana penjabarannya berdasarkan Srauta Agnihotra,
tetapi untuk kelanjutan bentuk yang lebih lama dari ritual api suci.
Yajna Sebagai Pusat Alam Semesta
Yajna dikatakan sebagai suatu sarana untuk mengembangkan sesuatu
dari ketidakberaturan menjadi teratur. Teratur ini dimaksudkan ada suatu
patokan atau titik tolak yang dapat digunakan dalam pelaksanaannya. Oleh karena
Yajna merupakan sumber aturan dan efisiensi, maka hal ini diagungkan sebagai
”Pusar Alam semesta” seperti disebutkan dalam Regveda I.164.35
Iyam vedih paro antah prthivya ayam yajno bhuvanasya nabhih, ayam somo
Vrishno asvasya reto brahmayam vacah paramam
Arti :
”Altar (kunda pemujaan) adalah tempat tertinggi di bumi, tempat
yajna (kunda) adalah putsat alam semesta. Persembahan berupa daun-daun atau rerumputan
akan menyuburkan bumi dengan jatuhnya hujan secara teratur, Oh Tuhan, Engkau
adalah Mahakuasa dan tersuci diantara semuanya”
Makna sloka ini, dimana ada satu kalimat ”yajno bhuvanasya
nabhih” artinya ”dimana ada pusat, disana ada bundaran (mandala) yang
mengelilinginya. Pusat budnaran membentuk bagian integral dari lingkaran yang
sama, dan masing-masing menjadi yang lain. ”bhuvanasya nabhih” = ”pusat alam
semesta” adalah diskripsi dan sekaligus definisi yajna dalam segala bentuk
manifestasi. Sedangkan satya merupakan prinsip utama yang memungkinkan
beroperasinya kekuatan-kekuatan menghadapi ketidakbenaran atau kekacauan. Yajna
adalah pernyataan tentang deva atau prinsip sattvik menghadapi asura-asura atau
kekuatan-kekuatan yang negatif.
Duduk Mengelilingi Kunda
Dari penjelasn di atas, maka bentuk pelaksanaan agnihotra,
pemimpin upacara, yajamana, serta peserta lainnya duduk mengelilingi kunda,
sebagai pusat alam semesta. Kunda pemujaan adalah tempat tertinggi dan pusat
alam semesta. Sedangkan pendeta, yajamana dan peserta lainnya duduk sejajar di
tanah, menyimbolkan persamaan kedudukan di mata Tuhan. Sebab, bekal manusia
setelah meninggal hanyalah karma sewaktu hidupnya atau karma yang tersisa dari
kehidupan masa lalu.
Dijelaskan dalam Regveda I.1.4, mengapa peserta agnihotra
duduk melingkar mengelilingi kunda atau Vedi
Agneyam yajnam advaram, visvatah pariburasi sa
Id devesu gacchati
Arti
Dengan persembahan tanpa himsa, persembahan dilakukan dari
segala arah, semoga sampai kepada para deva-deva
Makna persembahan dilakukan dari segala arah, menunjukkan bahwa
kunda menjadi pusat persembahan, karena pusat alam semesta ada pada api suci.
Hal ini tentu saja berbeda dengan pola pemujaan yang mengambil Purana
sebagai sumber. Karena adanya lingga atau di Bali lingga diletakkan di
pelinggih, sehingga pemujaan dilakukan menghadap pelinggih. Perbedaan ini
muncul ketika pemujaan berpusat pada api suci pada Agnihotra.
Dalam perkembangannya maka sang yajamana dengan tulus
mempersembahkan persembahan kepada deva-deva dan selalu mencari persahabatan
kepada deva-deva, ini akan meningkatkan kemuliaan hati dan pribadi sang
yajamana, maka dengan mantra permohonan atau doa berikut sang yajamana
menyatakan ketulusikhlasan dalam beryajna. Seperti disebutkan dalam Regveda
I.89.2 tentang hubungan atau korelasi yang dilakukan yajamana dengan para
deva;
Devanam bhadra sumatir rijuyatam devanam ratir abhi no ni vartatam,
devanam sakhyam upa sedima vayam deva na ayuh pra tirantu jivase
Arti :
Semoga Tuhan yang Mahabijaksana selalu melindungi kami. Kami
dengan tulus ikhlas telah membina hubungan yang intim dengan pada deva dan
mudah-mudahan para deva memperpanjang hidup kami sehingga dapat hidup selamanya
Disini jelas sekali harapan tersebut ditumpukkan pada para deva,
terutama dalam timbulnya keingina untuk hidup lama, kekayaan, kemakmuran dan
bentuk keunggulan lain yang kiranya dapat diraih. Tentu semua ini bermanfaat jika
semua anugerah tersebut dapat digunakan untuk tujuan kebaikan dan akan menjadi
bumerang jika digunakan untuk ketidakbaikan.
Seperti biasa, setealah upacara Agnihotra berakhir disertai pula
dengan ”Nagarasankirtana”, kalau dibali disebut ”Purwa Daksina”. Dimana
berjalan mengelilingi pusat yajna dari arah Timur ke Selatan dengan mengucapkan
Bumi Sukta atau Prthivi Sukta, Purusa Sukta dan Nasadiya Sukta. Sukta ini
sering ini juga diganti dengan Maha Mantra atau bhajan atau kirtan atau dengan
ista dewata tertentu untuk ikut serta hadir dan menganugerahkan rahmatnya
kepada sang yajamana.
Kesimpulan
Dari ulasan singkat diatas ternyata banyak manfaat langsung dan
tidak langsung Agnihotra tersebut. Dapat dijelaskan beberapa efek yang
berkaitan langsung dengan diri pribadi, terutama kalau kita berpegang dengan
pelaksanaan agnihotra tersebut. Tradisi kuno pengetahuan Veda menjelaskan
manfaat yang didapatkan dari Agnihotra (Paranjpe, Homa Therapy, the last
chance, 1989) Antara lain :
- Agnihotra membuat pelaksana yajna (yajamana) inteligensianya meningkat. Sel-sel otaknya berganti dengan yang baru. Terjadi penyegaran kulitnya, terjadi pembersihan pada darahnya. Bergairah dalam hidupnya.;
- Agnihotra dapat menetralkan serangan bakteri;
- Banyak energi positif dan energi kesehatan yang keluar dari pelaksanaan Agnihotra ini;
- Power kehidupan lahir dari api Agnihotra ini, hanya pada waktu itu dalam lingkaran tersebut ada banyak sekali kekuatan datang dari Agnihotra ini yang dapat merubah struktur dan formasi dari semua atom, sehingga semua substansi, bahan-bahan menjadi universal.
Agnihotra seperti sebuah magic. Ia merupakan daya tarik
yajamana, sehingga mencengkramnya dan kemudian dia kelihatan bersinar (tejas)
No comments:
Post a Comment