Pemahaman Mengenai Panca Yajna
Ladang Informasi - Yajna
berarti upacara persembahan kurban suci. Pemujaan yang dilakukan menggunakan
kurban suci memerlukan dukungan sikap dan mental yang suci juga. Sarana yang
diperlukan sebagai perlengkapan sebuah Yajna
disebut dengan istilah upakara.
Upakara yang tertata
dalam bentuk tertentu yang difungsikan sebagai sarana memuja keagungan Tuhan
disebut sesajen. Upakara dapat diartikan memberikan pelayanan yang ramah tamah
atau kebaikan hati. Dengan demikian sudah semestinya setiap upakara yang
dipersembahkan hendaknya dilandasi dengan kemantapan, ketulusan dan kesucian
hati, yang diwujudkan dengan sikap dan perilaku ramah tamah bersumber dari hati
yang hening dan suci.
Tata cara atau
rangkaian pelaksanaan suatu Yajna
disebut upacara. Kata upacara dalam kamus Sansekerta diartikan mendekati,
kelakuan, sikap, pelaksanaan, kecukupan, pelayanan sopan santun, perhatian,
penghormatan, hiasan, upacara, pengobatan. Kegiatan upacara dapat memberikan
ciri-ciri tersendiri bagi agamaagama tertentu, sekaligus membedakannya dengan
agama-agama yang lainnya. Setiap agama memiliki tatanan tersendiri dalam
melaksanakan upacaranya. Di dalam pelaksanaan upacara diharapkan terjadinya
suatu upaya untuk mendekatkan diri ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa beserta
prabhawanya, kepada alam lingkungannya, para pitara, para rsi atau maha rsi dan
manusia sebagai sesamanya. Wujud dari pendekatan itu dapat dilakukan dengan
berbagai bentuk persembahan maupun tata pelaksanaan sebagaimana yang ditentukan
dalam berbagai sastra yang memuat ajaran agama Hindu. Kesucian itu adalah sifat
dari Tuhan Yang Maha Esa. Siapa pun orangnya bila berkeinginan mendekatkan diri
dan berdoa ke hadapan Tuhan Yang Maha Suci, hendaknya menyucikan diri secara
lahiriah dan bathiniah. Secara alamiah dunia beserta
isinya harus bergerak harmonis, selaras, seimbang dan saling mendukung. Agama
Hindu mengajarkan umatnya selalu hidup harmonis, seimbang, selaras, dan saling
mendukung.
Tidak dibenarkan sama
sekali oleh ajaran suci Veda hanya meminta saja dari alam, tetapi memberi
kepada alam juga menjadi sebuah kewajiban dalam rangka menjaga keseimbangan
alam. Katakanlah dengan bunga, kata orang bijak yang masih relevan dilakukan
sepanjang zaman. Ketika memberi, tak boleh mengharapkan pengembalian, itu
merupakan ajaran Veda tentang ketulusikhlasan. Saling memberi adalah satu-satunya
cara untuk menjaga keteraturan sosial. Jangan heran bila di masyarakat dalam
setiap upacara adat keagamaan selalu saling memberikan makanan.
Alam semesta ini
diciptakan oleh Brahman dengan kekuatan-Nya sebagai Dewa Brahma. Isi alam yang
kita nikmati untuk kesehatan lahir dan batin. Makanan yang disediakan oleh alam
harus disyukuri dan dinikmati secara seimbang. Kitab suci Veda mengajarkan umat
hindu dalam menyampaikan rasa syukur dengan memakai isi alam, yaitu bunga,
daun, cahaya, air, dan buah. Isi alam ini dikemas, ditata dalam aturan tertentu
sehingga menjadi sesajen persembahan (banten).Sesajen ini dipakai sebagai media
persembahan kepada Brahman.
Sesajen atau banten
bukan makanan para dewa atau Tuhan, melainkan sarana umat dalam menyampaikan
dan mewujudkan rasa bakti dan syukur kepada Brahman, Sang Hyang Widhi. Di dalam
ajaran suci Veda, Santi Parwa atau Bhagavad
Gita disebutkan, mereka yang makan sebelum memberikan Yajna disebut pencuri. Veda mengajarkan
tentang etika sopan santun, mengingat semua yang ada di dunia ini berasal dari
Sang Hyang Widhi, maka tentu sangat sopan apabila sebelum makan diwajibkan
mengadakan penghormatan dengan persembahan kepada pemilik makanan sesungguhnya,
yaitu Sang Hyang Widhi. Dengan demikian, Yajna
itu adalah kurban suci yang tulus ikhlas untuk menjaga keseimbangan alam dan
keteraturan sosial.
Yajna
berarti persembahan, pemujaan, penghormatan, dan kurban suci. Yajna adalah korban suci yang tulus
ikhlas tanpa pamrih. Berdasarkan sasaran yang akan diberikan Yajna, maka korban suci ini dibedakan
menjadi lima jenis sebagai berikut :
1. Dewa Yajna
Yajna
jenis ini adalah persembahan suci yang dihaturkan kepada Sang Hyang Widhi
dengan segala manisfestasi-Nya. Contoh Dewa Yajna dalam kesehariannya, melaksanakan puja Tri Sandya, sedangkan
contoh Dewa Yajna pada hari-hari
tertentu melaksanakan piodalan di pura dan lain sebagainya.
“kāòksanta
karmaṇāṁ siddhiṁ yajanta iha devatāá, kṣipraṁ hi mānuṣe
loke
siddhir bhavati karma-jā”
Artinya :
“Mereka
yang menginginkan keberhasilan yang timbul dari karma, beryajna di dunia untuk
para deva, karena keberhasilan manusia segera terjadi dari karma, yang lahir
dari pengorbanan”. (Bhagavad Gita. IV.12).
2. Rsi Yajna
Rsi Yajna adalah korban suci yang tulus
ikhlas kepada para Rsi. Mengapa Yajna
ini dilaksanakan, karena para Rsi sudah berjasa menuntun masyarakat dan
melakukan puja surya sewana setiap hari. Para Rsi telah mendoakan keselamatan
dunia, alam semesta beserta isinya. Bukan itu saja, ajaran suci Veda juga pada
mulanya disampaikan oleh para Rsi. Para Rsi dalam hal ini adalah orang yang
disucikan oleh masyarakat. Ada yang sudah melakukan upacara dwijati disebut
pandita, dan ada yang melaksanakan upacara ekajati disebut pinandita atau
pemangku. Umat hindu memberikan Yajna
terutama pada saat mengundang orang suci yang dimaksud untuk menghantarkan
upacara Yajna yang dilaksanakan.
3. Pitra Yajna
Korban suci jenis ini
merupakan bentuk rasa normat dan terima kasih kepada para pitara atau leluhur
karena telah berjasa ketika masih hidup melindungi kita. Kewajiban
setiap orang yang
telah dibesarkan oleh leluhur adalah memberikan persembahan yang terbaik secara
tulus ikhlas. Ini sangat sesuai dengan ajaran suci Veda agar umat Hindu selalu
saling memberi demi menjaga keteraturan sosial.
4. Manusa Yajna
Manusa Yajna adalah pengorbanan untuk manusia,
terutama bagi mereka yang memerlukan bantuan. Umpamanya ada musibah banjir dan
tanah longsor. Banyak pengungsi yang hidup menderita. Dalam situasi begini,
umat Hindu diwajibkan melakukan Manusa Yajna
dengan cara memberikan sumbangan makanan, pakaian layak pakai, dan sebagainya.
Bila perlu terlibat langsung untuk menjadi relawan yang membantu secara
sukarela.
Dengan demikian,
memahami Manusa Yajna tidak hanya
sebatas melakukan serentetan prosesi keagamaan, melainkan juga seperti donor
darah dan membantu orang miskin.
“yeyathāmāṁ
prapadyante tāṁs tathaiva bhajāmy aham,
Mamavartmānuvartante
manusyaá partha sarvaṡaá”.
Artinya :
“Bagaimanapun
(jalan) manusia mendekati-Ku, Aku terima wahai Arjuna. Manusia mengikuti
jalan-Ku pada segala jalan”. (Bhagavad Gita.IV.11).
Manusa Yajna dalam bentuk ritual keagamaan
juga penting untuk dilaksanakan. Karena
sekecil apa pun sebuah Yajna dilakukan, dampaknya sangat luas
dan mempengaruhi berbagai aspek kehidupan. Umpamanya, kalau kita melaksanakan
upacara potong gigi, maka semuanya ikut terlibat dan terkena dampaknya. Agama Hindu
mengajarkan agar upacara Manusa Yajna.
dilakukan sejak anak dalam kandungan seorang ibu. Ada beberapa perbuatan yang
diajarkan oleh Veda sebagai bentuk pelaksanaan dari ajaran Manusa Yajna, antara lain:
- Membantu orangtua, wanita atau anak-anak yang menyeberang jalan ketika kondisi lalu lintas sedang ramai.
- Menjenguk dan memberikan bantuan kepada teman yang sakit.
- Melakukan bakti sosial, donor darah, dan pengobatan gratis.
- Memberikan tempat duduk kita kepada orangtua, wanita, atau anak-anak ketika berada di dalam kendaraan umum.
- Memberikan beras kepada orang yang membutuhkan.
- Memberikan petunjuk jalan kepada orang yang tersesat.
- Membantu fakir miskin yang sangat membutuhkan pertolongan.
- Membantu teman atau siapa saja yang terkena musibah, bencana alam, kerusuhan, atau kecelakaan lalu lintas
- Memberikan jalan terlebih dahulu kepada mobil ambulan yang sedang membawa orang sakit.
5. Bhuta Yajna
Upacara Bhuta Yajna adalah korban suci untuk para
bhuta, yaitu roh yang tidak nampak oleh mata tetapi ada di sekitar kita. Para
bhuta cenderung menjadi kekuatan yang tidak baik, lebih suka mengganggu orang.
Contoh upacara Bhuta Yajna adalah
masegeh, macaru, tawur agung, panca wali krama. Sedangkan tujuannya adalah menetralisir
kekuatan bhuta kala yang kurang baik menjadi kekuatan bhuta hita yang baik dan
mendukung kehidupan umat manusia.
No comments:
Post a Comment