Memahami Konsep Nyāya Darśana
Pendiri
dan Sumber Ajaran
Ladang Informasi - Pendiri
ajaran ini adalah ṛṣi
Gautaman juga dikenal dengan nama Akṣapāda dan Dīrghatapas, yang menulis Nyāyaśāstra
atau Nyāya
Darśana
yang secara umum juga dikenal sebagai Tarka
Vāda atau diskusi dan perdebatan tentang suatu Darśana atau pandangan
filsafat kurang lebih pada abad ke-4 SM, karena Nyāya mengandung Tarka Vāda (ilmu perdebatan) dan Vāda-vidyā (ilmu diskusi).
Sistem filsafat Nyāya membicarakan
bagian umum darśana (filsafat) dan metoda (cara) untuk
melakukan pengamatan yang kritis. Sistem ini timbul karena adanya pembicaraan
yang dilakukan oleh para ṛṣi atau
pemikir, dalam usaha mereka mencari arti yang benar dari ayat-ayat atau
śloka-śloka Veda Śruti, guṇa dipakai dalam penyelenggaraan
upacara-upacara yadña. Terdiri dari dari 5 Adhyāya
(bab) dan dibagi kedalam 5 'pada' (bagian). Pada tahun (400 Masehi kitab Nyāyaśāstra ini di komentari` oleh ṛṣi Vāstsyāna
dengan karyanya yang berjudul Nyāya
Bhāsya (ulasan tentang Nyāya).
Obyek
utmanya adalah untuk menetapkan dengan cara perdebatan, bahwa Parameśvara merupakan pencipta dari alam
semesta ini. Nyāya menegakkan
keberadaan Īśvara dengan cara
penyimpulan, sehingga dikatakan bahwa Nyāya
Darśana
merupakan sebuah śāstra atau ilmu pengetahuan yang merupakan alat utama untuk
meyakini suatu obyek dengan penyimpulan yang tidak dapat dihindari. Dalam hal
ini kita harus mau menerima pembantahan macam apapun, tetapi asalkan
berdasarkan pada otoritas yang dapat diterima akal. Pembantahan demi untuk adu
argumentasi dan bukan bersifat lidah atau berdalih.
Baca juga “Memahami Konsep Vedanta Darsana”
Sifat
Ajaran
Pandangan
filsafat Nyāya menyatakan bahwa dunia
di luar manusia ini, terlepas dari pikiran. Kita dapat memiliki pengetahuan
tentang dunia ini dengan melalui pikiran yang dibantu oleh indra. Oleh karena
itu sistem filsafat Nyāya ini dapat
disebut sebagai sistem yang realistis (nyata). Pengetahuan ini dapat disebut
benar atau salah, tergantung dari pada alat-alat yang diperguṇa kan untuk mendapatkan pengetahuan tersebut, dimana secara
sistematik semua pengetahuan menyatakan 4 keadaan, yaitu :
- Subyek atau si pengamat (pramātā)
- Obyek yang di amati (prameya)
- Keadaan hasil dari pengamatan (pramīti)
- Cara untuk mengamati atau pengamatan (pramāṇa)
Baca juga ”Memahami Konsep Mimamsa Darsana”
Prameya atau obyek yang di amati, dengan nama pengetahuan yang benar
dapat diperoleh, ada 12 banyaknya, yaitu : Roh (Ātman), Badan (śarīra),
Indriya, Obyek indriya (artha),
kecerdasan (buddhi), Pikiran (manas), Kegiatan (pravṛtti), Kesalahan (Doṣa),
Perpindahan (Pretyabhāva), Buah atau
Hasil (phala), Penderitaan (duhkha), dan Pembebasan (apavarga).
Baca juga ”Memahami Konsep Yoga Darsana”
Kita membuat perbedaan pada suatu
benda karena adanya beberapa cirri-ciri pada kedua benda tersebut, yang
masing-masing memiliki beberapa atribut yang tak didapati pada bagian lainnya.
Karena kekhususan atribut (Viśeṣa)
merupakan dasar utama dari pengamatan, maka sistem lanjutan dari filsafat ini
disebut sebagai Vaiśeṣika. Nyāya Darśana,
yang utamanya bertindak pada garis ilmu
pengetahuan atau ilmiah menghubungkan Vaiśeṣika
pada tahapan, di mana materi-materi adhyatmikā
(spiritual) terkandung di dalamnya, yang keduanya ini memperguṇa kan Tarka (logika) dan Tattva (filsafat)
dimana filsafat dinyatakan melalui media logika.
Catur Pramāṇa
Nyāya Darśana dalam memecahkan ilmu pengetahuan
memperguṇa kan 4 metoda pemecahan (Catur Pramāṇa) sebagai berikut :
Pratyakṣa Pramāṇa
Pada Pratyakṣa Pramāṇa atau
pengamatan secara langsung memberikan pengetahuan kepada kita tentang
obyek-obyek menurut keadaanya masing-masing yang disebabkan hubungan panca
indra dengan obyek yang di amati dimana hubungan itu sangat nyata. Adakalanya
terjadi pengamatan yang tidak perlu mengguṇa
kan pañca indra dan pengamatan yang luar biasa ini disebut sebagai
pengamatan transcendental, yang jarang terjadi pada pengamatan orang-orang
biasa yang sering pula ditunjang oleh adanya kekuatan supra normal yang dimiliki
seorang.
Dalam Pratyakṣa Pramāṇa ada dua
tingkat pengamatan, yaitu :
- Nirvikalpa yaitu pengamatan yang tidak menentukan. Pengamatan suatu obyek adalah sebagai obyek saja tanpa adanya suatu penilaian, tanpa hubungan (asosiasi) dengan suatu subyek. Sehingga apa yang dilihat hanyalah obyek itu saja yang dianggap benar dan nyata.
- Savikalpa yaitu pengamatan yang menentukan. Pengamatan terhadap suatu obyek yang dibarengi dengan pengenalan terhadap cirri-ciri, sifat-sifat dan juga subyeknya sehingga pengamatan ini sifatnya menyeluruh.
Anumāna Pramāṇa
Anumāna Pramāṇa yaitu pengtahuan yang diperoleh dari
suatu obyek dengan menarik pengertian dari tanda-tanda yang diperoleh (linga) yang merupakan suatu kesimpulan dari
obyek yang ditetukan, disebut juga Ṣaḍya,
hubungan kedua hal tersebut diatas disebut dengan nama Wyapi. Dalam menarik suatu kesimpulan.
Selanjutnya .Anumāna Pramāṇa, yang
sangat penting dalam suatu proses pengamatan dalam Nyāya Darśana
ini. Dalam pengamatan dengan .Anumāna
Pramāṇa terdapat suatu perantara di
antara subyek dan obyek, di mana pengamatan langsung dengan indra saja tidak
dapat secaralangsung menyimpulkan hasil dari pengamatan, tetapi melalui
beberapa tahapan (avayaya). Proses
penyimpulan dalam Anumāna Pramāṇa melalui beberapa tahapan seperti
di bawah ini :
- Pratijña, yaitu proses pertama, memperkenalkan obyek permasalahan tentang kebenaran pengamatan misalnya gunung api itu berapi.
- Hetu, yaitu proses kedua, alasan penyimpulan, dimana dalam hal ini adalah adanya terlihat asap yang keluar dari gunung tersebut.
- Udāharaṇa, yaitu proses ketiga, menghubungkan dengan aturan umum tentang suatu masalah, yang dalam hal ini adalah bahwa segala yang berasap tentu ada apinya.
- Upanaya, yaitu proses keempat, pemakaian aturan umum itu pada kenyataan yang dilihat, bahwa jelas gunung itu berapi.
- Nigaman, yaitu proses kelima, berupa penyimpulan yang benar dan pasti dari seluruh proses sebelumnya, dengan pernyataan bahwa gunung tersebut berapi.
Upamāṇa Pramāṇa
Upamāṇa Pramāṇa
merupakan cara pengamatan dengan membandingkan kesamaan-kesamaan yang
mungkin terjadi atau terjadi di dalam obyek yang di amati dengan obyek yang
sudah ada atau pernah diketahui. Misalnya seorang anak yang diberitahu ibunya
bahwa binatang yang namanya komodo itu rupanya mirip dengan biawak tetapi lebih
besar, bahkan bisa sebesar seekor buaya. Dalam hal ini si anak telah mengetahui
rupa buaya dan biawak, maka ketika si anak pergi ke kebun binatang dan melihat
seekor binatang sebesar buaya yang rupanya mirip dengan biawak, ia segera
menyimpulkan bahwa binatang tersebut adalah komodo, inilah yang disebut dengan Upamāṇa Pramāṇa.
Śabda Pramāṇa
Śabda Pramāṇa yaitu
pengetahuan yang diperoleh dengan mendengarkan melalui penjelasan dari sumber
yang patut dipercaya. Śabda Pramāṇa adalah pengetahuan yang
diperoleh melalui kesaksian (śabda)
dari seseorang yang dapat dipercaya kata-katanya ataupun dari naskah yang
diakui kebenarannya, dalam hal ini terdapat 2 jenis kesaksian, yaitu :
- Laukika śabda, yaitu bentuk kesaksian yang berasal dari orang yang dapat dipercaya dan kesaksiannya dapat diterima menurut logika atau akal sehat.
- Vaidika śabda, yaitu bentuk kesaksian yang didasari pada naskah-naskah suci Veda Śruti, yang merupakan sabda Brahman yang tak mungkin salah.
Pokok-Pokok
Ajaran Nyāya
Objek
pengetahuan filsafat Nyāya adalah
mengenai
1) Ātma
2) Tentang tubuh atau badan
3) Pañca
indra dengan obyeknya
4) Buddhi (pengamatan)
5) Manas (pikiran)
6) Pravṛtti (aktivitas)
7) Doṣa (perbuatan yang tidak baik)
8) Pratyabhāva (tentang kelahiran kembali)
9) Phala (buah perbuatan)
10)Duḥka (penderitaan)
11)Apavarga (bebas dari penderitaan)
Disamping
oleh ṛṣi Vāstsyāna yang mengomentari Nyāya
Sūtra dengan karyanya yang berjudul Nyāya Bhāsya, Śrikaṇṭha menulis Nyāya-laṇkara, Jayanta menulis Nyāya-mañjari, Govardhana menulis Nyāya-Bhodhini dan Vācaspati
Miśra menulis Nyāya-Varṭṭika-Tatparya-Tīkā.
Selain itu Udayana juga menulis
sebuah buku yang disebut Nyāya-Kusumāñjali. Seperti
yang telah diketahui bahwa filsafat Nyāya merupakan dasar dari semua
pengantaran ajaran filsafat Sanskṛta.
Nyāya juga merupakan rangkaian pendahuluan bagi seorang pelajar filsafat,
karena tanpa pengetahuan tentang filsafat Nyāya,
kita tidak akan dapat memahami Brahma
Sūtra dari Śri VyāṢaḍeva, karena
filsafat Nyāya membantu untuk
mengembangkan daya penalaran ataupun pembantahan, yang membuat kecerdasan
bertambah tajam dan lembut, guṇa pencarian filsafat Vedāntik.
Bagaimana kengken ne ???
ReplyDelete