Atribut Dewa Siva
Dewa Siva |
Ladang Informasi - Agama Hindu kaya akan simbol-simbol, sebagai
sarana untuk mengkonsentrasikan pikiran dibalik simbul itu terdapat
nilai-nilai pendidikan agama Hindu. Dalam keadaan Nirguna Tuhan disebut Paramasiva
dan Sadasiva, sedangkan yang saguna
disebut Siva. Paramasiva dalam keadaan ini beliau berada dimana-mana (Vyapi Vyapaka Nirvikara), tak
terpikirkan (Acintya), tanpa atribut.
Sadasiva beliau memiliki empat
kemahakuasaan yaitu Prabu Sakti (maha kuasa), Vibhu Sakti (maha sempurna), Jnana
Sakti (maha tahu) dan Kriya Sakti (maha karya). Di dalam diri setiap manusia Siva disebut dengan Sivatman yang menjadi jiwanya manusia.Siva dalam tataran saguna memiliki banyak atribut, Siva mimiliki Sakti yang bernama Parvati, Uma atau Durga, yang
dimaksud Sakti itu bukanlah istri seperti manusia tetapi (power) kekuatan
(purusa pradhana), Siva juga dipuja
oleh makhluk halus, hantu, para bhuta, raksasa artinya Siva yang memiliki kasih sayang membimbing makhluk-makhluk tersebut
menuju kesempurnaan. Arti kata Siva
artinya pemaaf, penganugrah, pemberi, kasih sayang. Siva memiliki lima sifat yang disebut Panca Kriya Shakti yaitu, penciptaan,
pemeliharaan, peleburan, pengaburan dan penganugrahan. Dalam upacara Ngaben di Bali
umat Hindu menggunakan lembu, simbol lembu Nandini kendaraan Dewa Siva yang bertujuan mengantarkan roh manusia
menuju alam bahagia (Sivaloka). Para
leluhur kita di Bali menyimbolkan Siva
dengan barong dan Durga dengan rangda begitu hebatnya leluhur kita “membumikan”
ajaran agama Veda sehingga mudah
dipelajari dan dipahami oleh umat yang disesuaikan dengan kearifan lokal
masyarakat setempat dimana agama Hindu itu berkembang karana agama Hindu
bukanlah agama yang kaku tetapi universal, luwes dan fleksibel. Di dalam Siva Purana
disebutkan bahwa Siva akan selalu
melindungi bhaktanya dan menghancurkan orang yang ingin menyakiti bhaktanya.
Penampilan Siva,
tubuhnya telanjang dan dipenuhi dengan abu. Tubuh yang telanjang melambangkan bahwa Ia bebas dari keterikatan pada benda
material di dunia, karena kebanyakan benda akan menjadi abu jika dibakar.
Siva dikenal dengan nama Kapardi, karena memiliki rambut merah dan digelung tersebut. Siva juga dinyatakan sebagai Agni. Memiliki 3 mata (Trinetra), Phalanetra, Agilocana, Trilocana, bermata tiga, dua matanya pada bagian kiri dan kanan melambangkan aktifitas fisiknya di dunia, di tengah-tengah dahinya adalah mata ketiga, yang menggambarkan energi pengembali yang jika dibiarkan lepas menghancurkan dunia dan lain-lain, pada sumber lainya tiga mata di tengah-tengah dahi dikatakan sebagai lambang pengetahuan (jnana) disebut juga mata kebijaksanaan, karena kekuatan pandangan mata ketiga Siva menghancurkan kejahatan.
Di samping memegang Pinaka, juga membawa tongkat yang dinamakan Khatvanga, busur bernama Ajagava, seekor menjangan, tasbih, tengkorak, damaru (gendang kecil) yang menghasilkan suara bergetar, yang diletakkan pada tangan kirinya tersebut menjelaskan Sabda Brahman, ia menjelaskan OM dari mana semua bahasa dibentuk.
Suatu hari raksasa yang bernama Gayasura menyamar dalam wujud seekor gajah dan menangkap seorang pandita yang melarikan diri dan memohon perlindungan di sebuah pura Siva. Siva muncul dan membunuh gajah tersebut, kemudian mengambil kulitnya dikenakan di badannya. Suatu hari Siva mengenakan beberapa ekor ular sebagai anting-anting (Kawaca), oleh karena itu ia dikenal dengan nama Nagajundala. Brahma meminta kepada Rudra untuk memciptakan manusia, dan permintaan itu dipenuhinya, tetapi manusia ciptaanya menjadi manusia yang sangat bengis. Brahma khawatir terhadap mahluk itu akan memakan mahluk-mahluk lainnya. Brahma yang gemetar karena ketakutan meminta kepada Rudra untuk menghentikan penciptaan manusia itu dan meminta menciptakan yang lain. Selanjutnya Rudra mulai mempraktekkan tapa.
Di Bali, beliau dipuja di Pura Dalem, sebagai Dewa yang mengembalikan manusia ke unsurnya (pelebur bukan perusak), menjadi Panca Maha Bhuta (lima unsur yang membentuk manusia).
Dewa Siva
meminum racun yang keluar dari pengadukan laut oleh Para Dewa dan Raksasa untuk
memperoleh tirta amerta. Dari pengadukan laut tersebut, yang pertama muncul
adalah racun, kemudian baru tirta. Jika racun tersebut tertumpah ke bumi,
niscaya mahkluk hidup akan punah semua, untuk itu Dewa Siva menelan racun tersebut, agar Beliau terselamatkan oleh racun
mematikan tersebut, sebelum masuk lebih dalam ke tubuh_Nya, maka Beliau
menggunakan ular kobra untuk melilit lehernya agar racun tersebut tertahan di
tenggorokan saja. Akibat racun itu, maka muka dan tenggorokan Dewa Siva menjadi Biru, setelah kejadian itu
maka Beliau diberi nama Nila Kanta.
Beliau juga menggunakan Gangga digelungan rambut-Nya dan
bulan sabit (Candrama) dikepalanya untuk mendinginkan kepala-Nya, mata
ketiga-Nya menyala, Abhiseka yang terus menerus mendinginkan matanya. Siva disebut yang bisa menghancurkan
segala sesuatu yang berkaitan dengan Agni. Siva
menghancurkan segalanya, membawa Trisula yang memiliki tiga ujung. Trisula yang
dipegang di tangan kanannya menjelaskan tiga Guna Sattva-Rajas-Tamas, yang melambangkan bahwa dewa jauh dari
jangkauan ketiga sifat alam ini, Trisula juga dilambangkan sebagai senjata yang
digunakan dewa untuk menghancurkan kejahatan dan ketidakperdulian di dunia. Dan
juga merupakan lencana paling berkuasa, Ia mempergunakan dunia dengan ketiga
Guna tersebut. Siva juga memiliki
pedang di tangan-Nya, ini menjelaskan bahwa Ia adalah penghancur kelahiran dan
kematian. Api pada satu dari tangan-Nya menunjukkan Ia melindungi Jiva dengan
membakar semua belenggu. Senjatanya yang lain disebut Pinaka, oleh karena itu Siva disebut juga dengan nama Pinakapani
(yang memegang Pinaka ditangannya). Baik Siva
maupun kendaraannya, Nandini berwarna putih yang menjelaskan Satsanga. Jika kamu mengadakan
perkumpulan dengan orang-orang suci, kamu mencapai realisasi Tuhan, orang suci
menunjukkan pada kamu jalan mencapai Siva.
Warna putih menunjukkan Siva memiliki
hati yang murni. Siva digambarkan
memiliki 2, 2, 8 dan 10 tangan.
Makna yang lainnya adalah Ia menyangga seluruh ciptaan di
tangan-Nya, mengatur sesuai dengan keinginanannya. Itu adalah ia yang membentuk
bahasa Sanskrit keluar dari Damaru, dan benda-benda suci lainnya. Gangga (dewi
Gangga) yang menyimbulkan madu Abadi dan Ardhacandra (bulan Sabit) yang
menunjukkan bahwa Ia telah mengontrol pikiran secara sempurna bertengger pada
kepalanya, juga melambangkan siklus waktu dimana penciptaan ada di dalamnya
dari awal sampai akhir dan kembali ke awal lagi. Karena Tuhan adalah kenyataan
yang abadi, bulan sabit hanyalah hiasan dan bukan bagian penting diri-Nya oleh
karena itu disebut juga Gangadhara
dan Candracuda. Siva digambarkan duduk di atas kuburan, yang melambangkan
kemutlakannya mengendalikan kelahiran dan kematian.
Kalung bunga yang terbuat dari untaian tengkorak manusia
melingkar di lehernya. Siva
mengenakan bhusana (kain) dari kulit macan dan kulit gajah untuk selimut-Nya,
yang menunjukkan bahwa Ia telah mengontrol kebanggaan, di lengannya bergelayutan
beberapa ekor ular sebagai hiasan,menginjak tengkorak simbul ketidak kekalan.
Di dalam kitab-kitab Purana kita
mendapatkan informasi tentang Sang Hyang Siva
memperoleh berbagai hiasan tersebut. Istri para rsi terpikat pada Siva, yang sekali waktu tampil dengan
mengenakan pakaian seperti orang yang meminta-minta. Para rsi sangat marah
terhadap Siva atas penampilannya itu
dan ingin membunuhnya. Dari lobang yang digali, muncul seekor harimau, Siva membunuh harimau itu dan mengambil
kulitnya, kulit harimau menjelaskan tentang nafsu, Ia menduduki kulit harimau
menandakan takluknya semua nafsu.
Seekor menjangan mengikuti harimau muncul di lobang itu,
lalu Siva memegang binatang itu
dengan tangan kirinya, menunjukkan bahwa Ia telah menghilangkan Chancalata (kesana-kemari) pikiran
(pikiran yang terpusat). Selanjutnya muncul dari lobang itu tongkat besi panas
berwarna merah, kemudian Siva
mengambil tongkat itu dan menjadikan senjatanya. Terakhir dari lobang muncul
beberapa ekor ular kobra dan Siva
mengambil ular dan mengenakannya sebagai hiasannya, ini menunjukkan bahwa Siva secara mutlak tanpa takut dan abadi
karena ular hidup untuk lama, ular juga simbul dari bangkitnya kundalini
shakti.
Orang bijaksana memberinya gelar Dewa angin dan Dewa cinta
kasih. Beliau tampak sebagai Dewa yang memancarkan kasih sayang kepada makhluk
hidup. SeBaliknya bagi orang yang hidupnya penuh dosa, Beliau tampak sebagai
Dewa yang menyeramkan, matanya melotot dan memegang banyak senjata, seolah-olah
hendak membinasakan apapun yang ada di hadapannya.
Dewa Siva
memiliki sakti Dewi Uma/Durgha/Parwati.
Dewi Uma merupakan Dewi yang tampak
sangat cantik dan lemah lembut sedangkan Dewi Durgha merupakan Dewi kematian yang tampak menyeramkan, mata
melotot dan tangannya penuh senjata.
Dalam pengider-ider Dewata Nawa Sanga, Dewa Siva menempati arah tengah dengan warna
panca warna. Beliau bersenjata padma dan mengendarai lembu Nandini. Aksara
sucinya I dan Ya. Dipuja di Pura Besakih.Dalam tradisi Indonesia, kadangkala Siva disebut Batara Guru.
Siva Nataraja |
Dewa Siva dalam
mengendalikan perputaran alam semesta menggunakan gerakan ritmik, seperti
tarian, dalam wujud demikian beliau diberikan gelar – Siva Nataraja – Kasih adalah tarian kehidupan yang paling
indah, karena ia merupakan esensi kebebasan yang sejati. Namun di sisi lain
sangat berbahaya dan ditakuti, karena ia menghancurkan setiap keterkondisian
setiap ikatan akan berbagai kepercayaan dan ide yang dilahirkan batin, ia akan
menyapu bersih batin dari apa yang diciptakan oleh batin itu sendiri. Jika
batin telah kosong dari segala yang ia ciptakan, maka di situ ada keheningan
yang luar biasa, sebuah dimensi yang tak terwakilkan oleh kata-kata. Jika ada
kata yang sering digunakan untuk menggambarkannya, para guru berkata itulah
Kasih, itulah Shiva, jika engkau bisa mencapai itu, itulah Aham Brahman Asmi
(Akulah Brahman), itulah Tat Twam Asi (Akulah Itu). Ketika para guru berkata,
Brahman tidak berawal tidak berakhir, maka Shiva adalah awal dan juga sekaligus
akhir dari semuanya, dua hal yang sama terucap dengan cara yang berbeda. Namun
perbedaan itu tidak berarti, karena dualitas berakhir di situ.
Jay Siva Om Kara.....
No comments:
Post a Comment