Ketuhanan dalam Upanisad
Kitab upanisad dalam
rentang waktu yang cukup lama. Tidak ada kepastian tentang
jumlah kitab upanisad yang sesungguhnya. Dari catatan yang ada:
Kitab Rg Veda memiliki 21 sakha, Yajur Veda memiliki 109 Sakha, Sama Veda
memiliki 1.000 Sakha dan Atharva Veda memiliki 50 Sakha.
Berdasarka jumlah Sakha itu, yaitu 1.180 buah, maka jumlah
Kitab Upanisad seyogyanya 1.180 buah. Walaupun demikian secara
tradisional telah diakui kepastiannya bahwa jumlah kitab
upanisad itu adalah sebanyak 108 buah.
Adapun nama-nama
Kitab Upanisad yang tergolong adalah:
1.
Isa Upanisad
2.
Kena Upanisad
3.
Katha Upanisad
4.
Prasna Upanisad
5.
Mundaka Upanisad
6.
Mandu kya Upanisad
7.
Taitiriya Upanisad
8.
Aitareya Upanisad
9.
Chandogya Upanisad
10.
Brhad Aranyaka Upanisad
11.
Sweta Swatra Upanisad
Di samping itu
itu ada pula nama lain yang ditambahkan ke dalam kategori
penting, yaitu:
1.
Kavsitaki Upanisad
2.
Jabala Upanisad
3.
Mahanarayana Upanisad
4.
Paingala (Pingala) Upanisad
Diantara 11 buah
kitab Upanisad di atas, maka Isa Upanisadlah yang merupakan Kitab Upanisad
terpenting karena kitab ini langsung merupakan bagian
dari mantra Samhita. 18 mantra dari kitab Isa Upanisad, dan
terutama mantra pertama, dapat dinyatakan sebagai ajaran yang paling
essensi dari ajaran (agama) Hindu.
Ciri khas dari
kitab-kitab Upanisad adalah dalam bentuk penyajian ajaran yang
disampaikannya, yaitu selalu berbentuk dialog antara seorang murid yang
bertanya kepada seorang guru dalam pendidikan. Demikian pula halnya
di Indonesia, kita warisi pula bentuk penyajian semacam ini,
misalnya dalam kitab-kitab tattwa seperti Wrhaspati Tattwa,
Ganapati Tattwa, Agastya Parwa dan lain-lain.
Pokok-Pokok Ajaran Upanisad
Ajaran yang tercantum
dalam kitab-kitab Upanisad itu merupakan reaksi dari kaum Ksatriya terhadap
kekuasaan para Brahmana, pada jaman Brahmana. Pertentangan para kaum kstariya
terhadap kaum agama itu diungkapkan dalam ajaran-ajaran Upanisad. Akan tetapi,
kemudian ketika pengaruh ajaran-ajaran makin meluas, padahal para
ksatriya lebih banyak berkecimpung dalam urusan politik, para
brahmana menerima ajaran Upanisad ini bahkan memonopolinya sebagai
ajaran yang tertinggi yang mereka hasilkan. Hal ini tidak
mengherankan, karena Upanisad memang bukan buku filsafat, melainkan
kitab keagamaan, yang diwahyukan sesuai dengan keadaan orang yang
menerimanya, dan lingkungan ketika agama itu diberikan.
Adapun ajaran-ajaran
pokok dalam Upanisad antara lain:
1. Brahman
Kata “Brahman” berasal
dari akar kata “brh” berarti yang memberi hidup, menumbuhkan, menjadikan hidup,
menjadikan berkembang meluap. Jadi kata “Brahman” berarti
suatu pertumbuhan yang tidak henti-hentinya atau dengan kata lain berarti yang
memimpin segalanya atau dengan kata lain berarti yang memimpin segalanya atau
Tuhan Yang Maha Esa yang memerintah seluruh alam semesta dan segala
isinya.
Pada jaman Brahmana,
Brahman telah dianggap sebagai asal pertama alam semesta. Di dalam
Upanisad ajaran ini dipikirkan secara lebih mendalam lagi, bahwa belum ada
kesatuan pendapat di dalam kitab-kitab Upanisad tentang Brahman
tadi. ada yang mengemukakan bahwa, Brahman sebagai Dewa tertinggi, yang lebih
kuasa dari dewata yang lain. Dewa yang menjadi dewannya para Dewa atau
tuhan, dari segala yang dipertaruhkan.Adajuga yang memandang para dewata
sebagai penjelmaan Brahman di samping itu ada pandangan yang lebih
menonjol lagi bahwa Brahman yang transenden, yang berada di luar
alam semesta dan jauh di atas alam semesta dan di dalam diri manusia.
2. Atman
Atman berasal dari
kata “an” yang artinya bernafas. Jadi atman adalah pusat segala fungsi
jasmani dan rokhani manusia. Atman sebagai hakekat dasar
dalam kehidupan manusia dianggap sebagai roh atau jiwa yang menyebabkan
manusia itu hidup, mengalami rasa senang dan duka. Tetapi disadari pula
jiwa dan atma itu kekal, tidak pernah mati dan karena itu
pengalaman suka dan duka bukan merupakan sifatnya.
Berdasarkan
uraian tersebut di atas maka atma merupakan sumber hidup yang menghidupkan
semua makhluk dan atma bersemayam dalam badan (jasmani) makhluk.
Atman atau Atma (IAST:
Ātmā, Sansekerta: आत्म ) dalam Hindu merupakan percikan kecil dari Brahman yang
berada di dalam setiap makhluk hidup. Atman di dalam badan manusia disebut:
Jiwatman atau jiwa atau roh yaitu yang menghidupkan manusia. Demikianlah atman
itu menghidupkan sarwa prani (makhluk di alam semesta ini). Indria tak dapat
bekerja bila tak ada atman. Misalnya telinga tak dapat mendengar bila tak ada
atman, mata tak dapat melihat bila tak ada atman, kulit tak dapat merasakan bila
tak ada atman. Atman itu berasal dari Brahman, bagaikan matahari dengan
sinarnya.
Brahman sebagai
matahari dan atma-atma sebagai sinar-Nya yang terpencar memasuki dalam hidup
semua makhluk.
Sifat-sifat Atman
Dalam Bhagavad Gita
dijabarkan mengenai sifat-sifat Atman, diantaranya adalah:
·
Achedya : tak terlukai oleh
senjata
·
Adahya : tak terbakar
oleh api
·
Akledya : tak terkeringkan
oleh angin
·
Acesyah : tak terbasahkan oleh air
·
Nitya
: abadi
·
Sarwagatah : di mana- mana ada
·
Sthanu : tak
berpindah- pindah
·
Acala :
tak bergerak
·
Sanatana : selalu sama
·
Awyakta : tak dilahirkan
·
Acintya : tak
terpikirkan
·
Awikara : tak berubah dan
sempurna tidak laki- laki ataupun perempuan.
3. Karma
Pada jaman
Upanisad timbullah suatu ajaran yang disebut dengan karma. Kata karma
berarti “perbuatan” seperti yang telah kita ketahui tentang ajaran karma
bahwa ajaran ini berakar pada ajaran tentang rta pada jaman Veda Samhita.
ajaran tentang rta dan
yadnya yang memelopori ajaran tentang karma. Sebab ajaran karma
mengemukakan bahwa baranh siapa berbuat baik akan mengalami
yang baik tetapi jika berbuat jelek maka ia akan mengalami yang
jelek.
Semula diajarkan bahwa
hukum Karma ini berlaku bagi perbuatan-perbuatan yang diakukan oleh
setiap orang dalam hidupnya sekarang ini. Apa yang dilakukan dalam hidup
sekarang ini maupun dalam kehidupan yang kemudian. Ajaran ini
mengakibatkan timbulnya ajaran tentang samsara (kelahiran kembali).
4. Samsara
Telah juga dikemukakan
bahwa pada jaman Brahmana, yang mendahului jaman Upanisad juga diajarkan
tentang kelahiran kembali ini. Pada waktu itu kelahiran kembali di pandang
masih biasa saja tetapi lama kelamaan timbul persoalan. Apa sebab dalam hidup
sekarang ada perbedaan nasib.Adayang dilahirkan sebagai brahmana,
ksatriya dan lain-lain.Adajuga yang dilahirkan sebagai orang kaya, miskin,
tinggi, rendah, cakep, jelek, cacat lain sebagainya, dan pada jaman
itu timbul ajaran bahwa: karma bukan hanya menguasai hidup yang
akan datang, melainkan juga hidup yang lalu. Jadi lingkaran inilah yang
disebut samsara yang disebabkan oleh karmanya sendiri.
5. Moksa
Jika orang mati,
rohnya yang halus pergi bersama-sama dengan karma wasananya, karena roh
itu terikat akan karma wesana. Mengenai kelahiran kembali ini ada bagian
upanisad yang mengungkapkan secara mithologis, bahwa orang
yang menaklukkan dunia dengan persembahan korban, dengan
kedermawaan dan kesederhanaan mereka itu. Jika meninggal jiwanya akan pergi ke
alam sorga yang diantar oleh karma wesananya, lalu melalui
karma masing-masing akan sampai ke alam Candra Loka (Alam sorga).
Supaya orang dapat
memperoleh moksa yaitu bebas dari kelahiran kembali, yang tiada awal dan
tiada akhirnya itu, ia harus membinasakan keinginannya atau mengendalikan
nafsu-nafsu yang jahat. Syarat untuk menghapuskan diri sendiri,
yaitu pengenalan bahwa atman adalah Brahman. Manusia dalam
mencapai sampai tingkatan hidup ini memerlukan latihan dan waktu
yang lama sekali.
Pada umumnya ada tiga
tingkatan, yaitu:
1.
Srawana: tingkatan harus belajar mengenai kebenaran
yang diajarkan dalam upanisad dari seorang guru.
2.
Manam: tingkatan harus memantulkan pengetahuan yang
telah dipelajarinya dengan maksud untuk meyakinkan diri, akan kebenaran ajaran
itu.
3.
Dhyana: tingkatan harus dengan tetap menyandarkan
kepada kebenaran yang telah diyakini dengan budinya supaya ia dapat
mengelami sendiri kesatuan itu.
Dari uraian di atas
teranglah bahwa filsafat di dalam Upanisad ditujukan kepada agama, dengan
tujuan terakhir ialah kelepasan manusia dari dunia yang fana ini yang disebut
dengan moksa.
No comments:
Post a Comment