LETAK PADMASANA
Berdasarkan lokasi (menurut pengider- ider) terbagi menjadi 9
jenis berdasarkan lontar Wariga Catur Wisana sari, Letak Padmasana menurut arah
mata angin (pengider-ider bhuwana) ada sembilan macam yaitu:
- Padma Kencana, timur (purwa)
- Padmasana,
selatan (daksina)
- Padmasari
,barat (pascima)
- Padma
Lingga, utara (uttara)
- Padma
Asta Sedhana, tenggara (agneya)
- Padma
Noja, barat daya (nairity)
- Padma
Karo ,barat laut (wayabya)
- Padma
Saji ,timur laut (airsanya)
- Padma
Kurung, tengah-tengah Pura (madya)
Pemilihan letak Padmasana berdasar pertimbangan letak Pura dan
konsep “hulu – teben”.Dalam membangun Padmasana, jika memakai Timur sebagai
hulu, tidak masalah karena di mana-mana arah timur selalu sama. Tetapi jika
memakai Gunung sebagai hulu maka ada perbedaan hulu teben. Misalnya:
Di daerah Den Bukit (Buleleng) di mana hulunya (Gunung) adalah
arah selatan maka sesuai letaknya dibangun Padmasana.
Sebaliknya di selatan “bukit” (Gunung) mulai dari Pancasari ke
Bali selatan di mana hulunya adalah arah utara maka sesuai letaknya dibangun
Padma lingga.
Di daerah Karangasem bagian timur di mana hulunya (Gunung) ada
di bagian barat, maka sesuai letaknya dibangun Padma sari.
Demikian seterusnya. Pemilihan letak Padmasana juga ditentukan
oleh lokasi tanah pekarangan, misalnya untuk perumahan di kota-kota besar di
mana sulit memilih letak tanah sesuai dengan konsep hulu – teben seperti di
Bali, maka jika membangun Padmasana silahkan memilih alternatif yang terbaik di
antara kesembilan jenis lokasi seperti tersebut di atas.
MEMILIH LOKASI PADMASANA
Bila ingin membangun Padmasana untuk penyungsungan jagat artinya
yang permanen dan akan digunakan selamanya serta untuk kepentingan rekan
sedharma dalam jumlah besar, perlu memperhatikan pemilihan lokasi yang tepat
dengan aturan-aturan yang sudah ditetapkan dalam Lontar Keputusan Sanghyang
Anala, yang ditulis berdasarkan wahyu yang diterima oleh Bhagawan
Wiswakarma.Selain untuk membangun Padmasana, aturan ini juga dapat berlaku
untuk membangun Pura, Sanggah Pamerajan, dan perumahan.Pilihlah lokasi yang
baik dan hindari sedapat mungkin lokasi yang tidak menguntungkan seperti
pelemahan hala dan karang kebaya-baya.Apabila keadaan memaksa, lakukan
usaha-usaha pangupahayu agar terhindar dari pengaruh buruk yang ditimbulkan
oleh kekurang sempurnaan keadaan lokasi.
PEMBAGIAN HALAMAN PADMASANA
Untuk Pura yang besar menggunakan pembagian halaman menjadi
tiga, yaitu:
- Utama Mandala
- Madya Mandala
- Nista Mandala
Ketiga Mandala itu merupakan satu kesatuan, artinya tidak
terpisah-pisah, dan tetap berbentuk segi empat; tidak boleh hanya utama mandala
saja yang persegi empat, tetapi madya mandala dan nista mandala berbentuk lain.
Utama mandala
adalah bagian yang paling sakral terletak paling hulu,
menggunakan ukuran Asta Bumi;
Madya Mandala
adalah bagian tengah, menggunakan ukuran Asta Bumi yang sama
dengan utama Mandala;
Nista Mandala adalah bagian teben, boleh menggunakan ukuran yang tidak
sama dengan utama dan nista mandala hanya saja lebar halaman tetap harus sama.
Di Utama mandala dibangun pelinggih-pelinggih utama. Di madya
mandala dibangun sarana-sarana penunjang misalnya bale gong, perantenan (dapur
suci), bale kulkul, bale pesandekan (tempat menata banten), bale pesamuan
(untuk rapat-rapat), dll. Di nista mandala ada pelinggih Lebuh yaitu stana
Bhatara Baruna, dan halaman ini dapat digunakan untuk keperluan lain misalnya
parkir, penjual makanan, dll.
Batas antara nista mandala
dengan madya mandala adalah Candi Bentar dan batas antara madya mandala dengan
utama mandala adalah Gelung Kori, sedangkan nista mandala tidak diberi pagar
atau batas dan langsung berhadapan dengan jalan.
No comments:
Post a Comment