Perayaan Hari Raya Galungan dan Kuningan
A. Sumber Referensi
- Keputusan Seminar Kesatuan Tafsir Terhadap Aspek-aspek Agama Hindu disyahkan PHDI Pusat.
- Kidung Panji Amalat Rasmi
- Lontar Purana Bali Dwipa
- Lontar Sri Jayakasunu
- Lontar Sundarigama
B. TUJUAN
Perayaan Galungan dan
Kuningan bertujuan mengingatkan umat Hindu agar senantiasa memenangkan dharma
dalam kehidupan sehari-hari.
Dharma adalah
kecenderungan Trikaya parisuda yang disebut sebagai Dewa Sampad, sedangkan
kebalikannya, yaitu Adharma adalah kecenderungan sifat dan prilaku keraksasaan
atau Asura Sampad.
Sanghyang Tiga Wisesa
berwujud sebagai Bhuta Dungulan, Bhuta Galungan dan Bhuta Amangkurat adalah
symbol Asura Sampad yang ada dalam diri setiap manusia, yaitu kecenderungan
ingin lebih unggul (Dungul), kecenderungan ingin menang dalam pertikaian
(Galung), dan kecenderungan ingin berkuasa (Amangkurat).
C. RANGKAIAN UPACARA
- Tumpek Wariga. Memuja Sanghyang Sangkara, memohon agar
semua tumbuh-tumbuhan subur dan berbuah lebat. Upacara dipusatkan di
kebun, sawah dan Sanggah Pamerajan.
- Coma Paing Warigadean. Memuja Bhatara Brahma, memohon
keselamatan diri. Upacara dipusatkan di Sanggah Pamerajan.
- Wraspati Wage Sungsang (Sugihan Jawa). Mensucikan
Bhuwana Agung. Upacara dipusatkan di Sanggah Pamerajan.
- Sukra Kliwon Sungsang (Sugihan Bali). Mensucikan
Bhuwana Alit. Upacara dipusatkan di Sanggah Pamerajan, dan melaksanakan
tirtha yatra.
- Redite Paing Dungulan (Penyekeban). Anyekung jnana
sudha nirmala, menggelar samadhi menguatkan tekad memenangkan dharma.
Upacara dipusatkan di Sanggah Pamerajan.
- Coma Pon Dungulan (Penyajaan). Menguatkan samadhi
melawan pengaruh-pengaruh Asura Sampad. Upacara dipusatkan di Sanggah
Pamerajan.
- Anggara Wage Dungulan (Penampahan). Jaya prakoseng
prang, memenangkan Dewa Sampad. Upacara mabeakala bagi seluruh keluarga
dan memasang penjor diluar pekarangan rumah.
- Buda Kliwon Dungulan (Galungan). Memuja Ida Sanghyang
Widhi atas asung wara nugraha-Nya memberi kehidupan dan perlindungan bagi
umat manusia. Upacara dipusatkan di Pura, Sanggah Pamerjan dan
tempat-tempat suci lainnya.
- Wraspati Umanis Dungulan (Manis Galungan). Melakukan
dharma santi, saling mengunjungi keluarga dan sahabat serta saling maaf
memaafkan. Di malam hari terus menerus sampai dengan Sukra Wage Kuningan
selama 9 (sembilan) malam melakukan samadhi Nawa Ratri, berturut-turut
memuja Bhatara Iswara, Mahesora, Brahma, Rudra, Mahadewa, Sangkara, Wisnu,
Sambu, dan Tri Purusha (Siwa, Sada Siwa, Parama Siwa).
- Saniscara Pon Dungulan (Pemaridan Guru). Ngelungsur
upakara Galungan, membersihkan Sanggah Pamerajan dan metirtha yatra.
- Redite Wage Kuningan (Ulihan). Memuja Bhatara dan
Leluhur menstanakan di pelinggih masing-masing. Upacara dipusatkan di
Sanggah Pamerajan.
- Coma Kliwon Kuningan (Pemacekan Agung). Nyomia
Sanghyang Tiga Wisesa. Upacara di halaman rumah dengan mecaru alit.
- Budha Paing Kuningan. Pujawali Bhatara Wisnu. Upacara
di Sanggah Kemulan.
- Saniscara Kliwon Kuningan (Kuningan). Memuja Ida
Sanghyang Widhi dan Roh Leluhur mohon senantiasa berada di jalan dharma.
Upacara di Sanggah pamerajan sebelum jam 12 siang agar getaran kesucian
dan kekuatan Dewa Sampad merasuk kedalam diri kita.
- Buda Kliwon Paang (Pegatuakan). Memuja Ida Sanghyang
Widhi Wasa dalam manifestasi-Nya sebagai Sanghyang Suksma Licin. Upacara
dipusatkan di Sanggah Pamerajan. Mencabut penjor.
D. PENJOR
1. Penjor adalah upakara yang wajib disertakan pada setiap
hari raya Galungan, mulai ditancapkan pada Anggara Wage Dungulan dan
dicabut pada Buda Kliwon Paang.
2. Makna penjor: Ucapan terima kasih kepada Bhatara Maha
Meru yang telah memberikan pengetahuan dan kemakmuran kepada umat manusia.
3. Kelengkapan dan arti symbol-symbol:
- Sebatang bambu sebagai symbol keteguhan hati untuk berbhakti kepada Ida Sanghyang Widhi.
- Hiasan berbentuk bakang-bakang sebagai symbol Atarva Veda
- Hiasan berbentuk tamyang sebagai symbol Sama Veda
- Hiasan berbentuk sampyan sebagai symbol Yayur Veda
- Hiasan berbentuk lamak sebagai symbol Rg Veda
- Pala gantung, pala bungkah dan kain putih-kuning sebagai symbol kemakmuran dan kecukupan sandang-pangan-perumahan
- Ubag-abig sebagai symbol kekuatan dharma
- Sanggah cucuk untuk menempatkan sesaji berupa tegteg daksina peras ajuman
Sebelum penjor ditanam, lobang galian agar disucikan dengan banyuawang kemudian didasar lobang diletakkan kwangen dengan uang logam11 kepeng. Juntaian ujung penjor mengarah ke “teben”, yaitu Barat (Pascima) atau Kelod (untuk di Buleleng, arah ke Utara/ Uttara) sehingga sanggah cucuk yang diikatkan di penjor menghadap ke “hulu”, yaitu Timur (Purwa) atau Kaja (untuk di Bulleng, arah ke Selatan/Daksina). Penjor ditancapkan disebelah kiri pemedal rumah/Sanggah Pamerajan/ Pura. Setiap hari penjor di haturi canang burat wangi.
5. Cara mencabut penjor:
Semua hiasan penjor dibakar, dan abunya dimasukkan kedalam lobang bekas
penjor, kemudian diletakkan sebuah takir berisi bubur susuru (tepung
beras, madu, susu dan tiga helai padang lepas digodok menjadi bubur).
Setelah itu lobang ditimbun tanah. Bambu bekas penjor dapat digunakan
untuk keperluan lain.
E. GALUNGAN NADI
Adalah Galungan yang
bertepatan dengan Purnama. Rangkaian upacaranya sama dengan Galungan biasa,
tetapi jenis upakaranya setingkat lebih tinggi. Galungan Nadi lebih
diistimewakan karena diberkahi oleh Sanghyang Ketu, sebagaimana halnya perayan
Galungan pertama pada tahun 804 Saka yang bertepatan dengan Purnama sasih
Kapat.
F. GALUNGAN NARA MANGSA
Adalah Galungan yang
bertepatan dengan Tilem sasih Kapitu atau Tilem sasih Kesanga. Disebut sebagai
hari “Dewa mauneb bhuta turun”. Pada hari Galungan Nara Mangsa upakara yang
disebut tumpeng Galungan ditiadakan, diganti dengan caru nasi cacahan dicampur
keladi. Tidak memasang penjor, tetapi upacara lainnya tetap dilaksanakan.
No comments:
Post a Comment