Panca Pandawa Sebuah Simbol Dalam Diri Mansuia
Ladang Informasi - Sebagai
umat Hindu yang memiliki sradha terhadap agama, yang terdiri dari Lima Keyakinan
yaitu Percaya dengan adanya Tuhan, Atma, Karmaphala dan Punarbhawa, serta
Moksa. Jika hal ini digabungkan, maka setiap manusia akan mencapai kehidupan
yang sempurna. Kelima keyakinan tersebut merupakan hal yang tidak dapat dilalaikan
dalam kehidupan kita sebagai manusia. Untuk menghantarkan kita menuju
kebahagian yang sempurna, dalam ajaran agama Hindu diajarkan banyak sekali cara
(Marga). Seperti yang digambarkan dalam Kitab Itihasa, yaitu Kisah Mahabharata.
Dalam
kisah Mahabharata, yang menggambarkan peperangan Dharma melawan
Adharma yaitu Wangsa Pandawa sebagai perlambangan Dharma melawan Wangsa Kaurawa
yang melambangkan sifat-sifat Adharma. Dimana Tuhan (Krsna) yang berperan
sebagai sutradara dibalik semuanya. Kalau kita pahami, peristiwa itu tidak semata-mata
hanya untuk dijadikan tontonan atau hiburan semata, dibalik karya yang agung
tersebut, tersisip suatu pesan yang ditujukan kepada semua umat manusia di
dunia.
Satyam
Eva Jayate, kebenaran akan selalu menang!, itulah slogan yang dapat kita pegang
setelah memetik intisari dari cerita Mahabharata.
Panca
Pandawa yang digambarkan sebagai keturunan dari para dewa dengan Dewi Kunti
sesungguhnya merupakan perwujudan dalam diri kita yang harus disatukan agar
tercapai keadaan “Sat Cit Ananda” atau Kebahagiaan yang Abadi (Moksa). Yang merupakan
tujuan akhir dari hidup umat Hindu. Putra dari para dewa itu adalah :
Yudhistira, merupakan putra dari Dewa Dharma, yaitu dewa dari kebenaran (Satyam). Sehingga watak yang dimiliki adalah selalu memegang kebenaran, meski harus teraniaya, dipermalukan, dihina, disiksa dan dijerumuskan. Bahkan meski harus mengorbankan diri, Yudhistira juga tetap akan berpegang teguh pada ajaran kebenaran.
Bima, merupkan putra Dewa Bayu, yaitu Dewa Angin (Wayu). Dengan kekuatan angin, apapun yang ada didepanya dapat dirobohkan dengan mudah. Bima digambarkan sangat perkasa dan kuat, suka makan, temperamen dan kurang sopan dalam berperilaku.
Arjuna, yang merupakan putra dari Dewa Indra (Panglima Perang Para Dewa). Sebagai putra dewa Indra, maka kemampuan dari Arjuna sangat menonjol dalam hal berperang, sehingga dia mendapat gelar pemanah terhebat sepanjang jaman. Dan, disamping mahir dalam berperang, Arjuna juga digambarkan memiliki wajah yang sangat Tampan.
Nakula dan Sahadewa, merupakan putra dari Dewa Aswin (Dewa Kembar). Yang memiliki kemampuan Ayur Veda (ilmu pengobatan) yang sangat baik, sehingga dalam peperangan mereka dapat diandalkan dalam mengobati luka-luka dari pasukannya.
Demikian
penggambaran mengenai Panca Pandawa, nah bagaimana dengan Panca Pandawa dalam
diri kita?
Dalam
diri kita tertanam kelima sifat itu, Yudhistira dalam diri kita adalah merupak
pengetahuan yang benar. Dengan ilmu pengetahuan seseorang akan menjadi sangat
bijaksana dan mampu mengambil keputusan yang tepat dan benar. Kekuatan diri
kita, tenaga, rasa lapar, haus dan ambisi adalah sang Bima yang perkasa. Tubuh ini
adalah Arjuna, dari kelima indria kita, kita dapat menjadi orang yang
terampil dan tangkas dalam melakukan suatu hal. Dan yang terakhir adalah Nakula
dan Sahadewa, merupakan kesukaan dan kedukaan yang kita alami dalam hidup ini.
Ke
– empat yang terakhir dapat berjalan dengan baik dan benar, apabila Yudhistira
(pikiran) yang memimpin, yaitu pikiran yang selalu dibersihkan dengan ilmu
pengetahuan. Sehingga kita dapat mencapai kebahagiaan yang utama.
Hal
ini sesuai dengan kisah Mahabharata, Yudhistira sebagai
pemimpin Pandawa, saudara-saudaranya sangat taat kepada perintah dan aturan
yang ditetapkan, sehingga pada akhirnya dapat memenangkan peperangan dalam
Bharatayuda. Meski kita ketahui bersama, pihak Kaurawa memiliki pasukan yang
dua kali lebih besar pasukan dan dibantu oleh ksatrya-ksatrya hebat seperti Bhisma
yang agung, Drona, Raja Angga Karna, Raja Salya, Raja Sindhu Jayadrata,
Aswatama dan lain-lain.
Sebagai gambaran, mampukah pikiran kita menahan gejolak ambisi, rasa lapar dan haus, kebanggaan pada milik kita, ketampanan, kepintaran, kesedihan, penderitaan dan sebagainya. Agar kita dapat mencapai alam Moksa yang maha sempurna.
No comments:
Post a Comment