viral

loading...

Tuesday, December 2, 2014

Panca Pandawa Ada Dalam Diri Setiap Manusia

Panca Pandawa Sebuah Simbol Dalam Diri Mansuia

Pandawa Lima
Ladang Informasi - Sebagai umat Hindu yang memiliki sradha terhadap agama, yang terdiri dari Lima Keyakinan yaitu Percaya dengan adanya Tuhan, Atma, Karmaphala dan Punarbhawa, serta Moksa. Jika hal ini digabungkan, maka setiap manusia akan mencapai kehidupan yang sempurna. Kelima keyakinan tersebut merupakan hal yang tidak dapat dilalaikan dalam kehidupan kita sebagai manusia. Untuk menghantarkan kita menuju kebahagian yang sempurna, dalam ajaran agama Hindu diajarkan banyak sekali cara (Marga). Seperti yang digambarkan dalam Kitab Itihasa, yaitu Kisah Mahabharata.

Dalam kisah Mahabharata, yang menggambarkan peperangan Dharma melawan Adharma yaitu Wangsa Pandawa sebagai perlambangan Dharma melawan Wangsa Kaurawa yang melambangkan sifat-sifat Adharma. Dimana Tuhan (Krsna) yang berperan sebagai sutradara dibalik semuanya. Kalau kita pahami, peristiwa itu tidak semata-mata hanya untuk dijadikan tontonan atau hiburan semata, dibalik karya yang agung tersebut, tersisip suatu pesan yang ditujukan kepada semua umat manusia di dunia.

Satyam Eva Jayate, kebenaran akan selalu menang!, itulah slogan yang dapat kita pegang setelah memetik intisari dari cerita Mahabharata.

Panca Pandawa yang digambarkan sebagai keturunan dari para dewa dengan Dewi Kunti sesungguhnya merupakan perwujudan dalam diri kita yang harus disatukan agar tercapai keadaan “Sat Cit Ananda” atau Kebahagiaan yang Abadi (Moksa). Yang merupakan tujuan akhir dari hidup umat Hindu. Putra dari para dewa itu adalah  :
Yudhistira, merupakan putra dari Dewa Dharma, yaitu dewa dari kebenaran (Satyam). Sehingga watak yang dimiliki adalah selalu memegang kebenaran, meski harus teraniaya, dipermalukan, dihina, disiksa dan dijerumuskan. Bahkan meski harus mengorbankan diri, Yudhistira juga tetap akan berpegang teguh pada ajaran kebenaran. 
Bima, merupkan putra Dewa Bayu, yaitu Dewa Angin (Wayu). Dengan kekuatan angin, apapun yang ada didepanya dapat dirobohkan dengan mudah. Bima digambarkan sangat perkasa dan kuat, suka makan, temperamen dan kurang sopan dalam berperilaku. 
Arjuna, yang merupakan putra dari Dewa Indra (Panglima Perang Para Dewa). Sebagai putra dewa Indra, maka kemampuan dari Arjuna sangat menonjol dalam hal berperang, sehingga dia mendapat gelar pemanah terhebat sepanjang jaman. Dan, disamping mahir dalam berperang, Arjuna juga digambarkan memiliki wajah yang sangat Tampan. 
Nakula dan Sahadewa, merupakan putra dari Dewa Aswin (Dewa Kembar). Yang memiliki kemampuan Ayur Veda (ilmu pengobatan) yang sangat baik, sehingga  dalam peperangan mereka dapat diandalkan dalam mengobati luka-luka dari pasukannya.

Demikian penggambaran mengenai Panca Pandawa, nah bagaimana dengan Panca Pandawa dalam diri kita?

Dalam diri kita tertanam kelima sifat itu, Yudhistira dalam diri kita adalah merupak pengetahuan yang benar. Dengan ilmu pengetahuan seseorang akan menjadi sangat bijaksana dan mampu mengambil keputusan yang tepat dan benar. Kekuatan diri kita, tenaga, rasa lapar, haus dan ambisi adalah sang Bima yang perkasa. Tubuh ini adalah Arjuna, dari kelima indria kita, kita dapat menjadi orang yang terampil dan tangkas dalam melakukan suatu hal. Dan yang terakhir adalah Nakula dan Sahadewa, merupakan kesukaan dan kedukaan yang kita alami dalam hidup ini.

Ke – empat yang terakhir dapat berjalan dengan baik dan benar, apabila Yudhistira (pikiran) yang memimpin, yaitu pikiran yang selalu dibersihkan dengan ilmu pengetahuan. Sehingga kita dapat mencapai kebahagiaan yang utama.

Hal ini sesuai dengan kisah Mahabharata, Yudhistira sebagai pemimpin Pandawa, saudara-saudaranya sangat taat kepada perintah dan aturan yang ditetapkan, sehingga pada akhirnya dapat memenangkan peperangan dalam Bharatayuda. Meski kita ketahui bersama, pihak Kaurawa memiliki pasukan yang dua kali lebih besar pasukan dan dibantu oleh ksatrya-ksatrya hebat seperti Bhisma yang agung, Drona, Raja Angga Karna, Raja Salya, Raja Sindhu Jayadrata, Aswatama dan lain-lain.


Sebagai gambaran, mampukah pikiran kita menahan gejolak ambisi, rasa lapar dan haus, kebanggaan pada milik kita, ketampanan, kepintaran, kesedihan, penderitaan dan sebagainya. Agar kita dapat mencapai alam Moksa yang maha sempurna.

No comments:

Post a Comment