Ramalan Ketujuh
“Tikus
Pithi Anoto Baris”
Ramalan ketujuh Sri Aji Jayabaya (1145-an):
Tikus pithi anoto baris interpretasinya tikus merah menyusun barisan! Merah
tatkala masih bayi belum tumbuh bulu, dan kelak menjadi hitam oleh bulunya
sendiri. Sifat utama tikus phiti antara lain: gesit, semau sendiri, susah
diatur, dan lucu. Tikus phiti pandai menyembunyikan diri akan tetapi belum
mampu bikin persembunyian sendiri, yakni berupa lubang-lubang dalam tanah, atau
membikin sarang dari bahan yang ada di sekitarnya. Manusia tanpa alat bantu
susah untuk menangkap dan memburu makhluk yang satu ini.
Tikus yang satu ini benar-benar
menyusun barisan bila pemimpin besarnya (induknya) dibunuh atau melarikan diri
karena diuber-uber. Jika keadaan biasa tanpa gangguan maka ia bergerak tanpa
formasi alias kocar-kacir tanpa tujuan semua gerakannya.
Tikus-tikus pithi menyusun barisan
bila mereka sedang kelaparan hebat, karena musim paceklik atau sarangnya
diobrak-abrik dan digusur, dan juga berubah agresif tatkala mereka mendapat
mangsa empuk.
Semasa Sri Aji Jayabaya memerintah di
Kediri tikus pithi sebagai julukan pada anak-anak remaja yang beranjak dewasa,
tidak lagi merah tapi sudah bersemu kehitaman. Tikus dalam konteks ramalan bisa
sebagai perlambang kaum muda, angkatan muda, atau pemuda dalam lingkup pusat
kerajaan Kediri. Sri Aji Jayabaya sangat membutuhkan pasukan laut terutama
bertugas sebagai prajurit dan paling dapat dipercaya tentu pemuda setempat dan
di samping itu suara mereka benar-benar diperhitungkan dalam percaturan politik
kerajaan.
Kerajaan laut tapi berpusat di
pedalaman itu menguasai daerah pengaruh meliputi Jambi di pulau Sumatra,
Kalimantan, Bali, dan Tidore, sehingga selalu memperkuat pasukan laut demi
keperluan menjaga wibawa kerajaan di wilayah pengaruhnya. Angkatan muda
mendapat porsi lebih untuk diterima sebagai abdi negara. Dengan strategi
sedemikian rupa membuka peluang bagi pemuda, maka tidak ada gerakan pemuda yang
berusaha untuk menggalang persatuan merongrong kekuasaan sang Prabu Jayabaya.
Sejarah kemudian mencatat pada 1222,
seratus tahun sejak kekuasaan Sri Aji Jayabaya di mana angkatan mudanya sudah
kurang mendapatkan porsi dalam pemerintahan, tiba-tiba dari suatu daerah kurang
lebih limapuluh kilometer arah ke Timur kerajaan Kediri, gerakan pemuda
pimpinan Arok membariskan pasukannya menggempur Kediri. Panglima perang
kerajaan Kediri Mahesa Wulung adik dari raja Dandang Gendis atau Krtajaya tewas
di Ganter sehingga pasukan Kediri menelan kekalahan dalam pertempuran melawan
pasukan Arok.
Arok tercatat sebagai orang pertama
yang memimpin pemberontakan atau kudeta dengan hasil gemilang dalam sejarah
Nusantara.
Kembali ke tahun 2010, adanya ramalan
tikus pithi anoto baris ditafsirkan sebagai pemberontakan bersenjata rakyat
dari segenap penjuru Nusantara adalah mustahil, kecuali dilakukan oleh unsur
militer yang menguasai senjata. Rakyat jelata jelas tidak punya senjata api
dalam jumlah cukup untuk mengadakan pemberontakan skala besar.
Kaum muda memang mulai mengorganisir
diri akan tetapi terpecah-pecah dan berorientasi ke berbagai jurusan,
masing-masing berkutat di dalam kelompok sendiri. Mereka berwarna-warni
idealismenya ada merah, hijau, biru, kuning, dan merah jambu serta
mengelompokkan di sebagai kiri, tengah, dan kanan. Ibarat dalam jejer wayang
mereka saling berseberangan sehingga mudah diadu-dombakan.
Angkatan muda memang selalu tampil
dalam setiap goro-goro dalam pemerintahan RI, dan keberhasilan mereka selalu
berpindah tangan dan diambil alih pihak lain. Peranan mereka kembali cuma
penggembira yang tidak mampu memfoloup hasil gerakannya yang berhasil.
Sepertinya mereka mulai menyadari hal demikian, dan mulai memasang strategi
baru. Demo damai yang berubah anarkis mudah sekali ditumpas, atau mengambil
jalan parlementer yang memerlukan waktu panjang dalam meraih kemenangan. Hingga
pada akhirnya yang paling mudah bagi angkatan muda dengan jalan mengumpulkan
opini massa menggunakan jejaring sosial digital.
Jadi “tikus phiti anoto baris” berarti
angkatan muda menyusun barisan. Bukan barisan pemberontakan bersenjata, bukan
demo anarchi, dan bukan menunggu waktu generasi tua menyerahkan kekuasaan
kepada angkatan muda. Sehingga angkatan muda menjadi angkatan tua. Pemuda maju
lain lagi masih memiliki kekuatan kecil dalam mendukung gerakan perubahan
sistemik, dalam pada itu idealisme pilihan mereka belum mampu mempersatukan kekuatan
dari berbagai elemen. Idea-idea pemersatu yang sudah tersedia antara lain
Bhinneka Tunggal Ika, Pancasila, atau Nasakom, sejak era Majapahit hingga
Kemerdekaan RI dan pasca kemerdekaan. Sekarang idea terakhir itu sudah pincang,
karena salah satu kakinya buntung. Sedangkan idea yang lain diselewengkan
menurut kepentingan penguasa sendiri. Adalah tugas angkatan muda membikin utuh
dan memurnikan kembali seperti sediakala semua idea yang dicetuskan dan
diajarkan oleh para pemimpin Nusantara sesuai jamannya itu.
Kelak dengan berhasilnya angkatan muda
menyusun barisan bersama untuk tujuan bersama memurnikan semua idea pemersatu
dan mampu mewujudkannya dalam aksi, maka makna sesungguhnya ramalan Jayabaya
ketujuh itu terbuktilah kebenarannya.
Baca Juga "Ramalan Jayabaya Kedelapan".
No comments:
Post a Comment