Sanggah Cucuk Simbol Durga
Dalam pelaksanaan
upacara manapun di Bali, baik hari raya besar maupun dalam aktifitas yang lain
dalam masyarakat menggunakan sanggah cucuk. Masyarakat pada umumnya banyak yang
sudah mampu membuat sanggah cucuk, namun tidak demikian dengan pemahaman maknanya.
Pada kenyataanya,
sanggah cucuk selalu digunakan untuk setiap upacara di Bali, khususnya di dalam
bidang upakara di Bali. Kalaupun mengkhusus biasanya yang sering memakai
sanggah cucuk adalah pada saat upacara Bhuta Yajna, khususnya lagi pada upacara
mecaru.
Adapun arti
dari sanggah cucuk ini adalah sebagai symbol stana Hyang Widhi dengan
manifestasinya sebagai Shiva. Karena dalam tradisi Hindu di Bali selalu
dipengaruhi oleh ajaran Shiva Sidhanta, termasuk arti sanggah cucuk tersebut. Dalam
sumber yang lain mengatakan, yaitu Lontar Bhama Krtih, sanggah cucuk ini
mempunyai arti sebagai symbol kekuatan alam baik yang bersifat positif, maupun
yang bersifat negative yang pada tujuannya untuk penyeimbang alam ini. Adapun ketiga
kekuatan itu adalah : Bhuta, Kala dan Dhurga. Ketiganya ini mempunyai peranan
yang berbeda-beda dalam memberikan energy yang luar biasa kepada alam ini dan
merupakan manifestasi dari Panca Mahabhuta.
Satu tangkai
sanggah cucuk yang ditancapkan ke tanah adalah sebagai symbol sikap mesuku
tunggal dan memiliki sifat krodha (memurti), sehingga ketiga kekuatan tersebut
di atas dapat mengganggu keseimbangan antara Bhuana Agung dan Bhuana Alit. Dengan
terganggunya keseimbangan tersebut maka munculah gejala-gejala yang dirasakan
baik itu yang bersifat positif dan negative yang akan mempengaruhi keseimbangan
atau pola piker manusia yang lazim disebut Bhucari. Dari sinilah ketiga
kekuatan tersebut mendapat sebutan Bhuta Bhucari, Kala Bhucari dan Durgha
Bhucari, oleh karena itu perlu dinetralisir melalui pelaksanaan upacara bhuta
yajna agar menjadi Bhuta Hita, Kala Hita dan Durgha Hita. Dengan demikian
sanggah cucuk adalah sebagai symbol stananya Sang Hyang Ibu Perthivi atau
perwujudan Dhurga dalam bentuk lain sebagai symbol penetralisir dari kekuatan
Bhuta Bhucari, Kala Bhucari dan Durgha Bhucari dengan swabhawanya sebagai Sang
Hyang Sri Basundari.
Jadi setiap
aktifitas manusia selalu saja dipengaruhi oleh kekuatan alam, apa yang
diuraikan di atas ada juga dalam diri kita dalam bentuk alit. Untuk menyeimbangkan
di Bhuana Alit, kita sebagai manusia perlu adanya pemahaman tentang ajaran
agama itu sendiri. Jadi inti kekuatan sanggah cucuk ini sebagai penetralisir kekuatan
alam yang positif dan negative. Karena kedua kekuatan ini tidak dapat
dipisahkan, kedua sifat ini saling mengisi untuk menyimbangkan hidup.
Sebagai bentuk
lain dalam sastra agama disebutkan ketiga kekuatan tersebut, yakni Bhuta
Bhucari sebagai lambang Uma Dewi, Kala Bhucari sebagai lambang Gangga Gari dan
Dhurga Bhucari sebagai lambang Dhurga Dewi. Pada sanggah cucuk biasanya berisi
sujang yang di dalamnya berisi arak brem, sujang ini terbuat dari ranting bambu,
diambil dua ruas dan diantara ruasnya dikelupas sehingga kelihatan lubang pada
kedua ruas dan masing-masing lubang diberi arak dan brem. Hal ini mengandung
makna bahwa sebagai kekuatan penarik gaib (Pengastawa), karena brem yang
berwarna merah memiliki kekuatan menguap menjadi symbol Ang, sedangkan arak
berwarna bening memiliki kekuatan yang sama dengan symbol Ah. Kedua kekuatan
ini bias digunakan sebagai symbol pengastawa pamralina, jadi sanggah cucuk
memiliki multifungsi sesuai dengan kebutuhannya.
Demikian
Artikel Sanggah Cucuk Sebagai Simbol Stana Dhurga ini, semoga bermanfaat untuk
kita semua.
No comments:
Post a Comment