viral

loading...

Tuesday, June 17, 2014

Gugurnya Bhisma Dalam Bharata Yudha

Bhisma Parwa

Bhisma Parwa
Pasukan dari negara-negara baik yang mendukung Pandawa maupun yang mendukung Kurawa telah berdatangan di Tegal Kurusetra. Mereka telah mendirikan perkemahan-perkemahan. Malam ini mereka mulai berjaga jaga, karena esok hari Perang Bharata Yuda, akan dimulai. Hati dan perasaaan mulai bergetar, mengapa harus berperang, yang akan mengorbankan banyak orang tewas, mengapa tidak memilih damai, berdasar kan pembagian tanah Astina yang telah dibagi secara adil  oleh Bhisma waktu itu, Kembalikanlah Indraprastha ke Pandawa. Perdamaian telah diajukan kepada Kurawa, namun ditolak. Besok pagi Bhisma menjadi Panglima Perang Kurawa melawan Pandawa. Sementara itu Sri Krsna meminta Pandawa bersiap-siap memasuki medan laga Kurusetra. Seta ditunjuk menjadi Senapati perang Pandawa. Sedangkan kedua adiknya Utara memimpin pasukan disayap  kanan dan Wratsangka pendamping kiri, memimpin pasukan disayap kiri. Matahari mulai bersinar, suara sangkakala menyayat. Bergetar jiwa dan raga. Semua  prajurit bersiap berperang. Kedua belah pihak telah mengatur strategi perang. Bhisma telah memasuki medan laga dan melayangkan beberapa senjata pada Perajurit Pandawa. Arjuna menangkis serangan senjata Bhisma.Sementera itu kereta perang Bhisma melaju cepat ketengah prajurit Pandawa. Bhisma bertemu dengan Abimanyu, dimintanya Abimanyu mundur saja, karena masih terlalu muda. Kereta Perang Bhisma bertemu dengan kereta perang Arjuna, yang di saisi Sri Krsna. Bhisma memberi pesan agar Sri Krsna memerintahkan Srikandi maju ke medan laga, Srikandilah  orang yang bisa menghantarkan kematian Bhisma. Sementara kereta perang Prabu Salya mengawal kereta perang Bhisma dari arah kiri. Sedangkan disebelah kanan kereta perang Bhisma disebelah kanan adalah Kereta perang Pandita Drona. Sementara itu Arjuna kehilangan daya juang, melihat senapati Astina adalah kakeknya yang sangat disayangi, Sejak masih kecil kakek Bhisma menyayanginya. Disnilah timbul dialog antara Arjuna dan Prabu Krsna.Untuk menggugah kembali  semangat Arjuna. Dialog ini dikenal dengan Bhagawadgita.

Kereta perang Bhisma bertemu Senapati Pandawa,  Seta.  Terjadilah adu panah antara Seta melawan Resi Bhisma. Namun walaupun Bhisma sudah berusia lanjut, ia masih lincah memainkan panah dan pedangnya. Keduanya masih berimbang. Sementara itu Wrkodara dengan gadanya menyambar nyambar kepala Para Kurawa,  Arjuna dengan panahnya melesat ke semua arah penjuru musuh,dan Nakula serta Sadewa membabat Kurawa dengan pedang kembarnya. Gatot Kaca menyambar-nyambar lawannya dari angkasa. Para Kurawa banyak yang ketakutan dengan kegesitan para Pandawa. Sementara Putera Wirata, Utara sebagai pendamping Senapati sayap Kanan dan Wratsangka disayap kiri terus melaju ketengah medan pertempuran. Bhisma merasa mulai terdesak. Bhisma meninggalkan medan laga. Seta mengejarnya. Sewaktu mengejar Bhisma, sebuah panah menyerempet bahu kanan Seta. Konon Resi Seta berdarah putih, maka meneteslah darah putih dari lukanya. Seta menengok kebelakang, nampak Rukmarata anak Prabu Salya, menyerang dari belakang, dengan cepat Seta melepaskan panahnya kearah Rukmarata, sekali tebas leher Rumarata pun putus, dan gugurlah Rukmarata putera kesayangan Prabu Salya. Bhisma berlari ke Sungai Gangga dan menyelam  kedalam Sungai Gangga menemui ibunya. Resi Bhisma pamit mati pada ibunya, Dewi Gangga merasa sedih, karena seingatnya Bhisma, yang sewaktu muda bernama Dewabrata, sampai sekarang hidupnya tidak pernah bahagia, Bhisma mestinya yang bertahta di Astina menggantikan ayahnya. Dewi Gangga memberikan cundrik. Bhisma berpamitan dan keluar dari sungai Gangga, ternyata di luar sudah ditunggu Seta. Bhisma meloncat dan menusukan cundrik di dada Seta, yang membuat Seta Gugur. Sementara perang semakin sengit, kini Prabu Salya telah dapat lawan yang seimbang, Prabu Salya bertemu dengaan putera Wirata, Utara. Keduanya duanya sama sama gesit dalam memainkan segala senjata, dari panah, pedang dan adu kesaktian. Namun ketika terdengar sorak sorai  Seta Gugur, Utara terlena, terperanjat, dan Utara tidak teringat lagi kalau masih di medan perang, Kesempatan baik itu tidak disia siakan oleh Prabu Salya, sehingga dengan mudah membidikkan senjatanya kepada Raden Utara. Senjata Prabu Salya mengenai dada Utara, maka gugurlah Raden Utara ditangan Prabu Salya. Demikian juga Raden Wratsangka mendapat lawan tangguh yaitu dengan guru Drona. Yang gesit dan pandai olah senjata dan kanuragan, maka dengan mudah Drona membunuh Wratsangka. Pihak Kurawa bersorak sorai dengan gugurnya tiga Satria Wirata. Kubu Pandawa sangat berduka dengan kematian tiga satria Wirata. Sementara itu pada hari kesepuluh Perang Bharata Yudha, Sri Krsna meminta Srikandi segera bersiap untuk melawan Bhisma. Resi Bhisma juga telah siap kembali bertempur, setelah berhasil mengalahkan Seta ditepi Sungai Gangga. Dewi Srikandi sudah berhadapan dengan Bhisma. Dewi Srikandi berkali kali dipukul, oleh Resi Bhisma, namun tidak membalas.Tiba-tiba Resi Bhisma terkesima, waktu memandang Dewi Srikandi, seperti berhadapan dengan Dewi Amba. Resi Bhisma tidak bisa berbuat apa-apa, ia teringat sekali waktu Dewi Amba dengan manja mempesona Resi Bhisma. Rupanya Dewi Amba telah memasuki tubuh Dewi Srikandi. Melihat situasi yang sedemikian rupa, Prabu Krsna langsung memerin tahkan Dewi Srikandi untuk memanah Bhisma, Dewi Srikandi segera memanah Bhisma, panahpun dengan cepat melesat kearah Resi Bhisma, tetapi apa karena ia seorang wanita atau ia ragu ragu terhadap Bhisma, panah Dewi Srikandi hampir tidak sampai kepada Bhisma. Dengan cepat Arjuna melayangkan sebuah panah, dengan kekuatan tinggi mendorong panah Srikandi melaju dengan cepat dan mengenai dada Bhisma. Bhisma jatuh ke bumi. Sasangkala berbunyi seiring dengan tumbangnya Bhisma di Tegal Kurusetra.  Untuk menghormati Bhisma, seseorang yang telah banyak berbuat baik kepada Pandawa maupun  Kurawa, yang merelakan melepas tahta Astina demi adik-adiknya, tetapi malah menjadikan Negeri Hastinapura    hancur lebur, Demikianlah nasib  Negeri   Hastinapura, peninggalan ayahanda  Bhisma  yaitu  Prabu Sentanu.
Bhisma ingin tidur diatas bantal. Prabu Suyudana memerintahkan Dursasana mengambil tilam bersulam emas dari istana Astina. Tetap Resi Bhisma tidak mau, Bhisma minta pada Arjuna untuk mengambilkan bantal pahlawan. Secepat kilat Arjuna mengambil busurnya dan menancapkan beberapa anak panah di dekat Resi Bhisma tidur. Kepala Bhisma disangga diatas panah Arjuna yang menancap  di tanah dibawah kepalanya.Sedangkan Wrkodara memberikan perisai-perisai perajurit yang telah gugur untuk menyelimuti Resi Bhisma. Resi Bisa mmeminta pada Dewa untuk memberikan umur sampai  akhir Perang Bharata Yudha. Karena ia ingin melihat akhir perang Bharata Yudha.Kemudian oleh Pandawa, Bhisma dibuatkan penutup kelambu untuk menghormati Bhisma.

Pandawa dalam perang Bharata Yudha ini kehilangan banyak tokoh-tokoh berguguran. Karena Bhisma adalah ahli strategi Perang yang handal.

Bhisma bertahan selama 10 hari menjadi senapati pihak Kurawa.

No comments:

Post a Comment