viral

loading...

Monday, September 29, 2014

Ajaran Karma Phala

Karma Phala


Karma phala berasal dari dua kata yaitu karma dan phala. Karma berasal dari bahasa Sansekerta “Kr” yang berarti berbuat, bekerja, bergerak, bertingkah laku dan phala berarti buah/hasil. Berdasarkan hukum sebab akibat, atau aksi reaksi maka segala sebab pasti akan membuahkan akibat (Phala). Karma phala berarti buah dari perbuatan yang telah dilakukan atau yang akan dilakukan.
“Karma phala ngaran ika phalaning gawe hala hayu” (Slokantara 68), Karma phala merupakan akibat (phala) dari baik buruk suatu perbuatan (karma).
Karma phala memberi optimisme kepada setiap manusia, bahkan semua makhluk hidup. Dalam ajaran ini, semua perbuatan akan mendatangkan hasil bagi yang berbuat. Apapun yang kita perbuat, seperti itulah hasil yang akan kita terima. Yang menerima adalah yang berbuat, bukan orang lain. Karma Phala adalah sebuah Hukum Universal bahwa setiap perbuatan akan mendatangkan hasil. Dalam konsep Hindu, berbuat itu terdiri atas: perbuatan melalui pikiran, perbuatan melalui perkataan, dan perbuatan melalui tingkah laku, Ketiganya lah yang akan mendatangkan hasil bagi yang berbuat.Kalau perbuatannya baik, hasilnya pasti baik, demikian pula sebaliknya.
Dalam masa kehidupannya, setiap mahluk tidak akan putus-putusnya melakukan karma, oleh karena nya tidak akan putus-putus pula karma phala yang dinikmatinya. Ada yang sempat menikmatinya pada masa kehidupannya saat ini, ada pula yang dinikmatinya pada masa hidupnya yang akan datang, serta ada pula yang akan dinikmatinya di akhirat kelak.
Karma Phala terbagi atas tiga, yaitu:
1.      Sancita Karma Phala (Phala/Hasil yang diterima pada kehidupan sekarang atas perbuatannya di kehidupan sebelumnya). Sancita Karma Phala adalah Phala hasil perbuatan kita dalam kehidupan terdahulu yang belum habis dinikmati, merupakan benih yang akan menentukan kehidupan kita sekarang. Contoh dari hal ini adalah kelahiran manusia yang berbeda-beda, ada yang lahir dengan wajah rupawan atau buruk rupa, lahir di keluarga kaya atau miskin, tubuh yang cacat atau normal, hidup senang atau susah dan lain sebagainya, semuanya itu tidak lepas dari phala yang diperoleh akibat perbuatannya di kehidupannya terdahulu.
2.      Prarabdha Karma Phala (Karma/Perbuatan yang dilakukan pada kehikupan saat ini dan Phalanya akan diterima pada kehidupan saat ini juga).Prarabdha Karma Phala adalah Phala hasil perbuatan kita di kehidupan ini yang dinikmati saat ini juga tanpa tersisa lagi. Contohnya, kita bekerja untuk mendapatkan hasil kerja untuk menikmati kehidupan yang lebih baik.
3.      Kryamana Karma Phala (Karma/Perbuatan yang dilakukan pada kehidupan saat ini, namun Phalanya akan dinikmati pada kehidupan yang akan datang). Ryamana Karma Phala adalah Phala hasil perbuatan yang tidak sempat dinikmati pada saat berbuat sehingga harus diterima di kehidupan yang akan datang.
Ada pula pembagian Karma phala berdasarkan jenis karma yang dilakukannya yaitu :
Karma Sangga, yaitu segala perbuatan atau tugas kewajiban yang berhubungan dengan keduniawian, menyangkut kehidupan sosial manusia. Bila seseorang karyawan bekerja dengan tenaga jasmaninya akan menerima upah yang disebut “Karma Kara”, sedangkan karyawan yang bekerja dengan tenaga rohani/pikirannya akan menerima upah yang disebut “Karma Kesama”.
Karma Yoga, yaitu segala perbuatan yang dilakukan tanpa terikat keduniawian, tanpa memikirkan upahnya, karena keyakinan bahwa segala yang dilakukannya adalah atas kehendak Hyang Widhi sesuai dengan ethika agamanya.
Adapun yang mengadili/menentukan phala terhadap perbuatan yang dibawa oleh atma di akhirat dan dalam penjelmaan yang akan datang adalah Hyang Widhi, kerena beliaulah saksi agung yang Maha Tahu segala perbuatan mahluk (manusia). Pada saat beliau mengadili amal dan dosa dari perbuatan yang dibawa oleh atma, beliau bergelar Sang Hyang Yama Dipati, beliau memiliki bala tentara yang disebut dengan “Cikra Bala”, Jogor Manik bertugas menyiksa atma yang berdosa, Sang Suratma bertugas mencatat baik buruk karma dari semua mahluk di dunia.
Secara filsafat, Sang Suratma adalah alam pikiran atau Suksma Sarira (Badan Astral) dari mahluk yang merupakan tempat tercatatnya segala subha dan asubha karma (amal dosa perbuatan) dari mahluk , sehingga selalu dan tetap berbekas dalam alam pikirannya.
“Asing sagawenya dadi manusa ya ta iningetan de Bhatara Widhi, Apan sira pinaka paracaya Bhatara ring subha asubha karma ning janma” (Wraspati Tattwa – 22), Segala apa yang diperbuat dalam penjelmaan menjadi manusia, semua itulah dicatat oleh Bhatara Widhi (Tuhan) karena dia sebagai hakim dari baik buruk (amal dosa) perbuatan manusia.
“Bhatara Dharma ngaran nira Bhatara Yama, Sang Kuma yatnaken subha asubha prawertti nikang sekala janma” (Agastiya Parwa 335-15), Bhatara Dharma juga bergelar Bhatara Yama yang mengamati dan mengadili baik buruk perbuatan manusia, dan karma itu memberikan akibat yang besar terhadap kebahagiaan atau penderitaan hidup manusia.
Pengaruh Karma pulalah yang menentukan corak serta nilai dari watak manusia. Karma yang baik menciptakan watak yang baik, demikian pula sebaliknya, karma yang buruk memberikan watak yang buruk pula. Segala macam karma yang dilakukan oleh mahluk terutama manusia akan tercatat selalu dalam alam pikirannya yang kemudian menjadi watak dan berpengaruh pula terhadap atmanya, hukum karma yang mempengaruhi seseorang bukan saja diterima olehnya sendiri tapi juga diwarisi oleh keturunannya kelak.
“Sarwesam anyatha rupam jnanam anyat prawarata matur jnana nughawena praja wai cubhacubha”(Agastya parwa 382-4), Semua mahluk berbeda-beda rupa, watak dan keadaan hidup leluhurnya maka mahluk itu menemui kebahagiaan dan penderitaan (baik dan buruk).
“Papam karma krtam kincid jadi tasmin na drasyate nrpate satya putresu putreswapi ca nap tran” (Santi parwa 129-21), Walaupun phala kejahatan perbuatan seseorang tiada terlihat pada orang itu sendiri, meskipun raja, namun pasti akan terlihat pada anak cucu sampe buyutnya juga.
“Bhatara Dharma ngaran ira Bhatara Yama
sang kumayatnaken cubhacubha prawrti
sekala janma”. (Agastya Parwa 355.15)
Bhatara Dharma (juga) bergelar Bhatara Yama (sebagai Dewa Keadilan), adalah pelindung keadilan yang mengamat-amati (mengadili) baik buruk perbuatan manusia. Baik buruk dari (karma) itu akan memberi akibat yang besar terhadap kebahagiaan atau penderitaan hidup manusia.
Jadi hukum karma phala tidaklah menyebabkan manusia putus asa memberi effect negatif sehingga manusia menjadi patalis, pasif dan apatis atau menyerah pada nasib aja, melainkan memberikan dorongan spiritual aktif, dynamis dan positif kepada umat manusia untuk berbuat baik dalam mengatasi segala macam penderitaan hidupnya lahir bathin, sehingga akan membentuk watak manusia susila dengan karmanya yang tinggi.

No comments:

Post a Comment